Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi China Memburuk, Lapangan Kerja Tergerus

Kompas.com - 07/01/2019, 12:11 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber SCMP

BEIJING, KOMPAS.com - Tahun ini, sebanyak 8,34 juta mahasiswa lulus dari berbagai perguruan tinggi dan sekolah tinggi di China. Menurut Kementerian Pendidikan China, jumlah ini yang tertinggi sepanjang masa. Padahal 2009 lalu, hanya 5,3 juta mahasiswa yang lulus.

Sementara itu di saat yang bersamaan, tahun ini pertumbuhan ekonomi China tengah mencapai titik terlambatnya dalam 10 tahun dan hal yang terburuk diprediksi bakal terjadi.

Banyak perusahaan teknologi serta institusi perbankan, yang sebelumnya melakukan melakukan penerimaan pegawai besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir, kini memutuskan untuk menghentikan penerimaan bahkan melakukan pemangkasan jumlah pegawai.

Seperti dikutip dari Sout China Morning Post, ekonom Tianfeng Securities Song Xuetao menuliskan dalam catatan penelitiannya, sebanyak 2 juta lowongan pekerjaan telah hilang dari salah satu situs penerimaan pekerjaan di China, 51job.com, sepanjang April hingga September 2018.

Baca juga: AS dan China Gelar Perundingan Perdagangan di Beijing Pekan Depan

Song menemukan, pembukaan lapangan kerja baru di perusahaan-perusahaan swasta yang memiliki 50 hingga 500 pegawai turun cukup tajam.

Menurunnya jumlah lapangan kerja ini membuat para pencari kerja merasa tak aman. Mereka pun mencari posisi-posisi yang dianggap stabil seperti di lembaga pemerintahan atau perusahaan milik negara lantaran perusahaan swasta dianggap tidak memiliki masa depan yang terjamin.

Sebagai contoh, Shenzen Mindray Biomedical Electronics, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur peralatan medis, saat ini memiliki 7.000 pegawai di skala global dan menbukukan keuntungan sebesar 378,47 juta dollar AS, serta angka penjualan hingga 1,6 juta dollar AS.

Perusahaan yang sempat mencatatkan sahamnya di New York Stock Exchange di tahun 2006 sebelum pindah melantai di Shenzhen Stock Exchange pada Oktober lalu, bahkan telah membekukan 254 kontrak pekerjaan pada akhir Desember lalu setelah melakukan review internal.

Padahal, mereka telah melakukan penandatangan kontrak kerja dengan 485 lulusan dari 50 universitas di China di September. Sebelumnya, perusahaan ini telah menerima 430 lulusan di 2017.

Mindray menyatakan, permintaan tuntutan untuk bsia mempertahankan kinerja dnegan baik di 2019 lebih berat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumya, sehingga mereka harus mengurangi jumlah rekrutmen untuk pengembangan bisnis yang lebih berkelanjutan.

Sebagai catatan, sebelum Amerika Serikat dan AS mengumumkan gencatan tarif selama 90 hari sejak Desember lalu, data-data ekonomi China terbaru menunjukkan adanya perlambatan ekonomi karena perang dagang yang engurangi kepercayaan konsumen terhadap produk-produk seperti peralatan elektronik dan mobil.

Berbagai prediksi membuat pemerintah China lebih mengutamakan kestablian ketimbang pertumbuhan ekonomi di 2019, sebab, stabilitas diperlukan untuk perciptaan lapangan kerja demi bisa menjaga kondisi stabitas sosial setempat.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com