Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

INDEF: Tuduhan soal Pertamina Monopoli Avtur Tak Tepat

Kompas.com - 12/02/2019, 19:45 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattof menilai pernyataan Presiden Joko Widodo soal Pertamina yang memonopoli penjualan avtur di Bandara Internasional Soekarno-Hatta tak tepat.

"Menurut pandangan saya pembisik presiden kurang hati-hati dan cermat melihat kondisi ril di industri penerbangan dan dalam hal distribusi avtur," ujar Abra saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/2/2019).

Abra mengakui saat ini Pertamina perusahaan satu-satunya yang menjual avtur di Bandara Soetta. Namun, berdasarkan peraturan BPH Migas, tak ada larangan bagi badan usaha swasta lain untuk menjual avtur di bandara tersebut.

Baca juga: Harga Avtur Mahal, Jokowi Akan Panggil Dirut Pertamina

"Dalam peraturan BPH Migas Nomor 13 Tahun 2008 itu intinya tidak ada larangan buat badan usaha lain menjual avtur di bandara Indonesia. Artinya selama ini memang terbuka lebar ruang itu," kata Abra.

Namun, dalam peraturan itu, lanjut Abra, badan usaha yang ingin menjual avtur di Indonesia minimal harus menyediakan bahan bakar itu di tiga bandara. Penyediaan avtur itu tak boleh hanya di bandara-bandara besar saja.

"Mereka untuk jual di daerah terpencil pastinya biaya distribusinya besar. Pertamina sebagai BUMN punya peran strategis, saat ini dia menyuplai 67 bandara di indonesia. Artinya beban yang ditanggung Pertamina tidak hanya ditanggung untuk di Jawa dan kota besar saja," kata dia.

Baca juga: Jokowi Pastikan Banyak Perusahaan Minyak Berminat Jual Avtur di Indonesia

Atas dasar itu, pemerintah harus melihat secara komperhensif struktur biaya yang dikeluarkan Pertamina dalam penjualan avtur.

"Pertamina saat ini punya empat kilang untuk mengelola avtur, 40 persen pasokan avtur pertamina itu impor. Tentunya itu terpengaruh dengan harga impor dunia," ucap dia.

Dia mengaku telah mengecek haga avtur di beberapa negara tetangga. Menurutnya, harga jual avtur Pertamina kompetitif.

"Intinya tuduhan harga avtur pertamina itu enggak kompetitif itu tidak mendasar. Karena sayaa cek justru harga avtur di Soetta lebih murah ketimbang di Kualalumpur dan Singapura. Di Soetta itu Rp 8.210 per liter, di Kuala Lumpur itu yang dijual Shell Rp 8.900, di Singapura Rp 10.600. Jadi harganya kalau kita komparasi dengan negara lain justru Pertamina lebih murah," ujar Abra.

Baca juga: Dirut Pertamina: Kami Tidak Bisa Sembarangan Mengubah Harga Avtur

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo akan memanggil Direktur Utama PT Pertamina setelah mendengar keluhan pengusaha hotel terkait mahalnya harga avtur yang berakibat pada tingginya harga tiket pesawat dan sepinya kamar-kamar hotel di daerah.

"Berkaitan dengan harga tiket pesawat, saya terus terang juga kaget. Dan malam hari ini saya juga baru tahu dari Pak Chairul Tanjung. Mengenai avtur, ternyata avtur yang dijual di Soekarno-Hatta itu domonopoli oleh Pertamina," ujar Jokowi saat menghadiri perayaan HUT Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (11/2/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com