Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belanja Iklan Dalam Negeri Capai Rp 40 triliun Setahun

Kompas.com - 28/02/2019, 14:20 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan data Nielsen, perusahaan perusahaan yang bergerak di bidang informasi global dan media, setiap tahunnya Indonesia menghabiskan Rp 38 triliun untuk belanja iklan yang tersebar di berbagai media mainstream dalam negeri.

Namun, data tersebut belum termasuk dengan belanja iklan yang disalurkan melalui platform-platform digital.

Nielsen pun mencatatkan, setelah memasukkan berbagai belanja iklan digital dalam perhitungannya, belanja iklan Indonesia bisa mencapai Rp 40 triliun dalam setahun.

Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia menyatakan, persentase porsi belanja iklan Indonesia yang baru 6 persen dari total belanja iklan secara keseluruhan masih akan terus berkembang.

"Spending digital ini mostly dari mobile. Indonesia uang belanja iklan yang bisa diukur oleh Nielsen kalau tanpa digital sebesar Rp 38 triliun, sementara setelah ditambahkan digital jadi Rp 40 triliun," ujar Program Director MMA Asia Pacific Azalea Aina di Jakarta, Selasa (28/2/2019).

Azalea menjelaskan, masih besarnya potensi peningkatan belanja iklan digital bisa dilihat dari semakin besarnya pengguna smartphone atau ponsel pintar di dalam negeri.

Menurut dia, peningkatan jumlah pengguna smartphone ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan pembukaan rekening tabungan perbankan.

Untuk bisa memanfaatkan secara maksimal potensi yang besar tersebut, para pelaku marketing digital harus memerhatikan perubahan pola perilaku penggunaan internet di Indonesia.

"Saat ini Indonesia adalah mobile first market. Artinya, pengguna internet lebih banyak yang terkoneksi melalui perangkat mobile ketimbang desktop," jelas Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani.

Setidaknya, terdapat 97 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone sebagai perangkat utama untuk mengakses internet dari yang tadinya hanya 58 persen. Adapun pengguna perangkat lain seperti desktop dan tablet terus menurun sejak tahun 2012.

Pada tahun 2012 lalu, sebesar 85 persen pengguna internet mengakses melalui perangkat dekstop atau personal computer (PC), angka tersebut kini tinggal 70 persen berdasarkan data tahun 2017 lalu. Sementara untuk penggunaan perangkat tablet untuk mengakses internet memang tak begitu besar, hanya 19 persen.

Transformasi iklan yang tadinya sangat terpusat pada iklan-iklan televisi ke ranah yang lebih digital pun semakin dibutuhkan.

"Transformasi sangat dibutuhkan unuk melihat ke masa depan dan membangun visi dan strategi ke sana," jelas Shanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com