Lidya menuturkan, motif batik membutuhkan penanganan tersendiri. Pemilihan warna, misalnya, harus diperhitungkan dengan cermat, agar saat keramik dimasukkan ke dalam oven pembakaran tidak berubah. Selain itu, menjaga agar kekhasan motif dan warna yang diharapkan Iwan tidak memudar.
Mahakarya hasil kolaborasi itu memang lebih ditujukan untuk para kolektor atau pencinta batik. Tidak semua tenaga kerja yang ada bisa terlibat dalam proses produksinya.
Di pabriknya, di kawasan Karawaci, menurut Lidya, sejumlah tenaga kerja yang sebagian besar perempuan, yang dinilai kreatif, dipercaya menangani pembuatan keramik batik itu.
Karya yang dihasilkan, menurut Lidya, bukan hanya sekadar menjadi barang pajangan atau disimpan untuk koleksi, tetapi juga digunakan. Perangkat makan keramik itu dapat digunakan sebagaimana fungsinya karena ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Untuk menambah nilai karyanya, Lidya tak segan-segan menggunakan emas berkadar 10-12 persen untuk produknya. Misalnya, pada bibir gelas dihias emas yang mirip benang. Kolaborasi Iwan Tirta dan Lidya menghasilkan perangkat makan keramik bermotif batik tradisional yang disebut modang, dan hokokai.
Modang adalah salah satu corak batik Keraton Yogyakarta. Motif ini dipilih karena menjadi ornamen utama motif batik Yogyakarta, yang punya makna simbolis tinggi. Motif modang dapat ditemukan sebagai ornamen hiasan tepi pada pakaian bangsawan, yang disebut dodot.
Ornamen itu berupa lidah api yang disebut cemungkiran, yang maknanya terkait dengan kesaktian dan semangat untuk mendapatkan segala keinginan.
Adapun motif hokokai atau kupu-kupu dari Pekalongan, termasuk batik pesisiran yang kaya warna. Motif ini mengadopsi ragam hias dan warna kimono Jepang. Hokokai adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang, yang artinya himpunan kebaktian.
Sentuhan kreatif
Inovasi kreatif di industri keramik Indonesia bukan hanya monopoli Lidya. Seniman keramik Indonesia F Widayanto sudah membuktikan kreativitas dan inovasinya bersama pengusaha Jepang Noriyaki Kobayashi dan Budi Purnomo Otto.
Sentuhan artistik seniman terbukti telah memberi nilai tambah yang fantastis pada produk keramik. Ini diakui Lidya. ”Nilai tambahnya luar biasa. Satu perangkat dinner set yang dirancang untuk 12 orang bisa dijual sekitar Rp 350 juta, berkali-kali lipat produk perangkat makan keramik umumnya. Kerja keras ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran,” katanya.
Istri Wakil Presiden, Mufidah Jusuf Kalla, pun tertarik membawa karya agung keramik batik tersebut ke Amerika Serikat untuk diberikan sebagai cendera mata kepada Presiden AS Barack Obama.
Kini, menurut Lidya, tantangan terberat yang dihadapinya adalah suntikan modal. Ini karena industri kreatif masih dilirik sebelah mata oleh perbankan. Padahal, di saat krisis seperti ini, hanya kreativitas yang bisa menyelamatkan pengusaha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.