Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alat Kuliner Tradisional, Kekayaan Kita

Kompas.com - 24/04/2009, 01:55 WIB

Garuk. Kukur. Parut. Bagi banyak orang, tiga kata itu memiliki arti masing-masing. Ketiga kata itu setidaknya membawa kebanyakan orang pada pikiran tentang kebersihan, gatal, dan kelapa. Akan tetapi, kalau Anda ke berbagai tempat di Sumatera, ketiga kata itu hanya berurusan dengan satu hal, yaitu kelapa. Ketiganya adalah cara membuat santan.

Di Sumatera Utara, orang sering menggaruk kelapa dengan alat yang bisa ditunggangi dan dengan pelan-pelan daging kelapa digaruk dengan besi penggaruk. Jadi, jangan heran kalau Anda bertanya kepada mereka, sedang apa? Jawaban yang muncul, sedang menggaruk kelapa.

Di komunitas lainnya, orang mengukur kelapa dengan bulatan bergigi. Bulatan bergerigi ini dimasukkan ke daging kelapa yang sudah dibelah. Bulatan mirip bola bergerigi kemudian digerakkan berputar dengan tali. Hasilnya, kukuran kelapa siap untuk dibuat santan.

Banyak orang lebih mengenal untuk menghasilkan santan dengan cara memarut kelapa. Cara ini dilakukan dengan menggosokkan daging kelapa berulang-ulang di sebuah papan yang bergerigi tajam hingga dihasilkan santan. Di Pulau Jawa cara ini lebih dikenal daripada dua cara di atas.

Dalam perkara membuat santan saja, kita sudah bisa melihat betapa kaya negeri ini dengan alat-alat kuliner. Kekayaan ini sekaligus memperlihatkan betapa kita kaya dengan aneka makanan Nusantara.

Kita hanya terkaget ketika melihat alat-alat itu karena kita jarang memperhatikan hal ini dan tidak sedikit yang sudah melupakannya. Sejak beberapa tahun yang lalu, kita sudah terbiasa dengan alat-alat kuliner modern yang mudah didapat, mulai dari warung dekat rumah hingga di pasar swalayan. Umumnya alat yang disebut modern ini terbuat dari plastik dan logam.

Semuanya yang kadang disebut lebih modern itu sudah memudahkan kita, tetapi juga membuat kita lupa dengan kekayaan Nusantara. Kekayaan ini terlupakan karena banyak orang umumnya malu menggunakan alat-alat itu karena dianggap sudah ketinggalam zaman.

Setidaknya hal seperti ini dialami Grace Siregar, seniman yang sempat terkena omelan orangtuanya karena mengumpulkan sejumlah sapah (piring besar yang terbuat dari kayu nangka utuh dengan diameter bervariasi, dari sekitar 20 sentimeter hingga 60 sentimeter) yang telah dibuang di belakang rumahnya. Orangtuanya menganggap keberadaan sapah sudah ketinggalan zaman.

Padahal, sapah (nama yang dikenal di kalangan Batak Toba) atau capah (nama yang dikenal di kalangan Batak Toba) juga merupakan salah satu kekayaan alat kuliner untuk tempat makanan di negeri ini. Selama ini kita mengenal piring dari kaca dan plastik. Di negeri ini ada piring yang terbuat dari tanah liat, logam, bambu, daun pandan, hingga rumput.

Seniman Medan, Mangatas Pasaribu, menceritakan, ketika kecil ia masih sempat melihat piring yang terbuat dari rumput. Akan tetapi, sekarang sudah sulit dicari. Hilangnya piring jenis ini kemungkinan juga karena kalah dengan piring yang belakangan muncul, seperti dari plastik dan kaca.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com