Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Selat Sunda dan 208 Feri

Kompas.com - 08/12/2009, 08:22 WIB

Optimalisasi

Polarisasi dukungan pada jembatan ataupun feri sebenarnya karena tak pernah ada optimalisasi angkutan feri. Dampaknya, tak pernah diketahui seberapa besar daya dukung feri terhadap mobilitas barang dan penumpang.

Bambang Harjo, Wakil Ketua Umum Indonesian Ferry Association (IFA), menegaskan, di lintas feri Merak-Bakauheni, keterisian (load factor) feri hanya 70 persen. Penyebabnya, baru 16 dari 34 feri dapat beroperasi optimal karena terbatasnya daya dukung dermaga.

Bahkan, ketika Dermaga V-VIII Merak selesai dibangun, Bambang memprediksi load factor feri di lintas itu tinggal 30 persen. Ada pertanyaan, jangan-jangan Jembatan Selat Sunda bukan satu-satunya resep jitu menyinergikan pertumbuhan ekonomi Jawa-Sumatera? Sebab, tiada hambatan dari sisi kapasitas angkut di lintas Merak-Bakauheni.

Jembatan juga bukan selalu jawaban bila dipertentangkan dengan gelombang tinggi karena dapat saja dipesan feri lebih besar. Gangguan terhadap perjalanan tongkang berisi batu bara juga tak perlu dibesar-besarkan agar bisa dibuat jembatan. Artinya bila ada niat kuat, feri itu dapat didesain ulang.

Andaikata uang itu ada, mungkin lebih baik menggunakan dana Rp 117 triliun itu untuk mengoptimalkan Jalan Lintas Timur Sumatera atau membuat tol dari Lampung ke Aceh.

Pembiayaan

Telah diungkapkan, pembiayaan jembatan itu dipastikan tidak 100 persen dari pemerintah. Akan ada partisipasi swasta di sana, meski belum diumumkan persentasenya. Rhenald Kasali menulis, ”... pembiayaan Jembatan Selat Sunda membutuhkan otak-otak cerdas dengan skema yang tidak biasa.”

Mengapa? Sebab, nilai investasinya sangat besar. Harus ditelaah model investasi terbaik untuk proyek itu. Dan, andai data yang ditulis Rhenald benar, terlihat volume kendaraan pelintas Selat Sunda hanya dua juta unit per tahun, setara 5.479 unit kendaraan per hari.

Volume kendaraan sebesar itu pun tidak akan menunjang kelayakan finansial sebuah tol (at grade/di atas permukaan tanah) sebab minimal lalu lintas hariannya harus 20.000 unit kendaraan. Terlebih, proyek ini sebuah jembatan, lebih mahal daripada jalan tol biasa.

Meski kelayakan finansial penting, tentu saja pembangunan infrastruktur tak dapat selalu mempertimbangkan untung-rugi. Karena sasarannya pembangunan infrastruktur adalah bangkitnya ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan, baik lama maupun baru. Meski demikian, kembali harus dipertanyakan benarkah kita membutuhkan jembatan itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Whats New
Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Whats New
AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

Whats New
Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Whats New
Menteri ESDM: Keberadaan Migas Tetap Penting di Tengah Transisi Energi

Menteri ESDM: Keberadaan Migas Tetap Penting di Tengah Transisi Energi

Whats New
Kinerja 'Paylater Multifinance' Tetap 'Moncer' di Tengah Gempuran Produk Perbankan

Kinerja "Paylater Multifinance" Tetap "Moncer" di Tengah Gempuran Produk Perbankan

Whats New
Kian Bertambah, Jumlah Investor Kripto di Indonesia Tembus 19,75 Juta

Kian Bertambah, Jumlah Investor Kripto di Indonesia Tembus 19,75 Juta

Whats New
Erick Thohir Resmikan Antara Heritage, Jadi Ikon Destinasi Wisata Sejarah dan Jurnalisme

Erick Thohir Resmikan Antara Heritage, Jadi Ikon Destinasi Wisata Sejarah dan Jurnalisme

Whats New
Medco Energi Bantu Ratusan Petani di Sumsel Budidaya Karet Organik

Medco Energi Bantu Ratusan Petani di Sumsel Budidaya Karet Organik

Whats New
Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi Produk Aluminium Ekstrusi asal Indonesia oleh AS

Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi Produk Aluminium Ekstrusi asal Indonesia oleh AS

Whats New
 IHSG Koreksi Tipis, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.000

IHSG Koreksi Tipis, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.000

Whats New
Komitmen PGN Perluas Pemanfaatan Gas Bumi di HUT ke-59

Komitmen PGN Perluas Pemanfaatan Gas Bumi di HUT ke-59

Whats New
Kementerian ESDM Lelang 5 Blok Migas di IPA Convex 2024, Ini Daftarnya

Kementerian ESDM Lelang 5 Blok Migas di IPA Convex 2024, Ini Daftarnya

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha Paytren Aset Manajemen

OJK Cabut Izin Usaha Paytren Aset Manajemen

Whats New
Fluktuasi Bitcoin Sedang Tinggi, Investor Diminta Pahami Kondisi Pasar

Fluktuasi Bitcoin Sedang Tinggi, Investor Diminta Pahami Kondisi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com