Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wartawan dan Saham

Kompas.com - 04/12/2010, 03:07 WIB

Empat elemen itu berfungsi menjaga martabat dan kehormatan (dignitas) profesi kewartawanan. Dalam sejarah media, dignitas sangat berharga karena menentukan tingkat kepercayaan atau trust sebuah media. Bagi sebuah media, trust adalah identitas yang menentukan segmen audiences, tiras, dan frekuensi jadi referensi. Begitu publik kehilangan trust pada sebuah media, habislah dia!

Saham

Saham berkarakter selalu berubah dan peka pada informasi, khususnya tulisan, di media cetak maupun on line. Oktober 2008, ireport.cnn.com milik CNN, yang sangat menganjurkan jurnalisme warga, memuat posting seseorang yang menamakan diri ”johntw”. Isinya, laporan bahwa Steve Jobs, CEO dan salah satu pendiri Apple Inc, terkena ”serangan jantung berat”. Saham Apple turun drastis ke rekor terendah dalam 18 bulan terakhir. Ini berlangsung 12 menit, sampai ada blogger lain menelepon Apple, menemukan Jobs sehat walafiat, dan kemudian membantah dan menghapus posting itu.

Peristiwa ini menunjukkan, betapa berpengaruhnya sebuah tulisan, entah itu benar atau salah, dalam menentukan nilai sebuah saham. Dari sisi ini, layak sekali wartawan sebuah media ’resmi’, apalagi yang bergerak meliput pasar modal, harus sangat berhati-hati ketika menulis soal perusahaan yang terdaftar di pasar modal atau pergerakan sebuah saham. Informasi awal serta pengetahuan yang dimiliki sang wartawan dan pengaruh pena yang dipegangnya membuat ia jadi sangat dekat dengan batas untung-rugi, mati-hidup, jatuh- bangun institusi publik.

Pena wartawan itu sangat ampuh, begitu prediksi Napoleon Bonaparte (1769-1821). ”Le canon a tué la féodalité; l'encre tuera la société moderne (meriam telah membunuh feodalisme; tapi tintalah (baca: tulisan) yang akan menghancurkan masyarakat modern)”. Keampuhan pena membuat wartawan mudah terjerumus dalam kekuasaan yang menafikan kode etik jurnalistik, khususnya elemen pencerahan masyarakat umum sebagai perintis menuju keadilan dan dasar pijakan demokrasi, di mana pengabdian kepentingan publik dan integritas pribadi merupakan sendi-sendi kredibilitasnya.

Karena itu, di The New York Times Company Policy on Ethics in Journalism (2005) dan Newsroom Ethics Policy dari The Boston Globe (2008) secara tegas dinyatakan ”No staff member may own stock or have any other financial interest; This restriction extends beyond the business beat (tak satu pun anggota staf diperbolehkan memiliki saham atau mempunyai sebuah jabatan berpenghasilan (di luar koran); Larangan ini memiliki jangkauan di luar batas mereka yang berada di beat bisnis)”.

Untuk wartawan, ketentuan yang dibuat kedua media sangat eksplisit: ”Journalists who regularly cover business and financial news may not play the market (wartawan yang secara tetap meliput berita bisnis dan keuangan tak boleh bermain di pasar saham)”. Tulisan ini menyangkut sebuah kode etik, yang penerapannya terkait dignitas dan hati nurani. Hati nurani media mengabdi kepentingan publik dengan integritas tinggi. Mengabdi dan cari keuntungan pribadi dengan mengabaikan tanggung jawab— bahkan cukup hanya terindikasi ada konflik kepentingan—sudah melanggar kode etik. Martabat/ dignitas media, sebagai sumber trust publik, jadi penentu wartawan boleh main saham atau tidak. Itu saja. ”We Report, You Decide”, begitu slogan jaringan televisi Fox News Channel.

H Witdarmono Wartawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com