Adapun kebijakan pengurangan subsidi BBM, menurut ISEI, akan menuai dampak negatif. Dampak itu antara lain kenaikan harga yang tinggi yang harus dibayar kendaraan yang beralih ke BBM nonsubsidi.
Menurut Didiek, data pemerintah yang simpang siur terkait penghematan APBN akibat pengurangan subsidi BBM menunjukkan kegamangan. Ongkos keragu-raguan ini tinggi karena akan ada tekanan pada inflasi.
Anggito menengarai, derasnya arus modal yang masuk tahun ini hanya dimanfaatkan untuk portofolio jangka pendek. Dikhawatirkan, arus modal ini akan membuat perekonomian menjadi bubble (gelembung) sehingga meningkatkan risiko pembalikan arus modal dan menimbulkan instabilitas ekonomi makro.
Dalam ”Evaluasi Apindo Tahun 2010”, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi menyatakan, investasi yang masuk ke Indonesia tahun ini belum menyerap banyak tenaga kerja. ”Ini karena sebagian besar investor memilih sektor yang tak membutuhkan banyak tenaga kerja, seperti pertambangan dan perkebunan,” katanya.
Karena itu, ketenagakerjaan tahun 2010 tak menggembirakan. Pertumbuhan hanya di sektor sumber daya alam, perbankan, dan industri jasa. ”Padahal, sektor itu tak membutuhkan banyak tenaga kerja. Investasi di sektor manufaktur, seperti makanan dan tekstil, yang menyerap tenaga kerja, tak tumbuh,” ujar Sofjan.
Kendala yang menghambat pertumbuhan sektor manufaktur, menurut dia, antara lain, lemahnya infrastruktur, terbatasnya pasokan listrik, dan aturan ketenagakerjaan yang tidak jelas. Kendala-kendala itu masih akan dijumpai 2011.