Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akar Krisis Pangan Dunia

Kompas.com - 16/08/2011, 03:33 WIB

Penguasa Inggris tidak merespons warga yang sudah putus asa karena prioritas pengiriman pangan tertinggi diberikan kepada warga Inggris.

Akibat krisis pangan dan kelaparan ini, setidaknya 1,5 juta hingga 3 juta warga Benggala meninggal selama masa itu. Kejadian di India ini merupakan akibat gabungan dari bencana alam dan pengabaian kenyataan kelaparan oleh penguasa.

Tahun 1958-1961, terjadi krisis pangan hingga kelaparan di China. Kejadian ini bermula ketika Mao aktif mendorong pembangunan ekonomi, khususnya dalam produksi logam. Ia bercita-cita dalam waktu dekat China bisa mencapai produksi logam bersama dengan Inggris. Untuk mencapai cita-cita ini, warga dipaksa bekerja di koperasi dan tanah-tanah kolektif. Untuk makin mendorong warga, pemerintah memberi pangan gratis bagi mereka yang bekerja.

Jumlah kematian selama tiga tahun itu mencapai 14-26 juta orang. Situasi ini parah karena China mengabaikan sektor pertanian dan membuat laporan-laporan palsu mengenai data-data produksi.

Tahun 1972 juga terjadi krisis pangan. Jutaan warga dunia mengalami kelaparan di setidaknya 40 negara. Panen di sejumlah tempat dilaporkan sangat tidak memuaskan. Kondisi ini diakibatkan situasi stok pangan dunia yang sangat rendah.

Saat itu, negara-negara produsen juga menutup pintu ekspor dan bantuan ke negara lain karena produksi sangat buruk. Sebagai contoh, bantuan pangan Amerika Serikat anjlok 50 persen. AS juga mengetatkan penjualan pangan sekitar 10 juta ton pada Uni Soviet. Presiden Gerald R Ford hanya memperbolehkan penjualan seperlima dari jumlah itu.

Pada tahun 1995-1997, diduga masih terjadi hingga sekarang, kelaparan di Korea Utara diperkirakan merenggut tiga juta nyawa. Kelaparan ini bermula ketika China dan Uni Soviet tidak lagi memberi subsidi pangan, secara keseluruhan pasokan pangan menurun drastis. Uni Soviet tidak lagi memberi subsidi karena negara itu telah runtuh menyusul perubahan politik di negeri itu.

Kasus di Korea Utara ini mirip dengan di China karena Korea Utara juga tengah berusaha mentransformasi ekonominya dari negara pertanian ke negara industri.

Sejumlah krisis pangan pada masa lalu memperlihatkan kelaparan tidak begitu saja menyebar ke negara lain. Akan tetapi, belakangan, setidaknya sejak 1972, dengan pembukaan pasar pada beberapa tahun yang lalu serta akibat stok pangan dunia yang tidak imbang dengan jumlah penduduk, menyebabkan krisis pangan cepat menyebar ke negara lain.

Krisis pangan global sempat memanas ketika akhir tahun 2007 stok pangan dunia terus menipis. Tahun 2008 terjadi kenaikan harga pangan yang sangat tinggi hingga negara-negara yang bergantung pada impor kesulitan untuk mendapatkan pangan. Secara rata-rata, kenaikan harga komoditas pangan mencapai 20 persen. Pada saat bersamaan, sejumlah negara produsen menutup pintu ekspor. Akibatnya, kerusuhan terjadi di sejumlah negara.

Karen M Jetter dari Pusat Isu-isu Pertanian, Universitas California, dalam salah satu makalahnya mengatakan, krisis pangan yang terjadi belakangan ini disebabkan oleh sejumlah hal, seperti kegagalan panen di sejumlah negara produsen pangan, produksi bioenergi yang meningkat (yang berarti mengalihkan pasokan bahan pangan untuk bahan baku energi), peningkatan harga bahan bakar, dan perubahan pertumbuhan ekonomi domestik dan global.

Krisis pangan tahun 2008 terjadi mulai dari Kamerun, Haiti, Banglades, Mesir, hingga Filipina. Krisis pangan telah menyebabkan kerusuhan, seperti di Mesir, Banglades, dan Yaman. Antrean orang yang membutuhkan makanan terjadi di sejumlah desa di negara tersebut. Krisis politik 2011 yang belakangan terjadi di Arab juga disebabkan oleh krisis pangan di beberapa negara di wilayah itu.

Sejarah krisis pangan dunia mengingatkan kepada kita bahwa kekurangan pangan dan kelaparan di seluruh dunia mempunyai penyebab yang bermacam-macam, mulai dari jumlah penduduk yang meningkat pesat, cuaca yang buruk, dan kesalahan manajemen dari pemerintah. Untuk itu, kalimat ”sejarah kembali berulang” perlu dicamkan karena dengan memahami sejarah yang ada kita bisa memahami krisis pangan yang tengah terjadi dan mencari jawabannya.(ANDREAS MARYOTO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com