Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zona Euro Kusut

Kompas.com - 07/12/2011, 04:26 WIB

Ada niat untuk melibatkan Rusia, Brasil, China, dan sejumlah negara lain untuk memberi pinjaman kepada zona euro. Egoisme kawasan, gengsi sebagai negara kuat, membuat Eropa tak mudah membuka diri pada bantuan asing. China juga punya perhitungan dan tak mau begitu saja memberikan pinjaman jika embargo senjata oleh AS dan Eropa tidak dicabut, sehubungan dengan Tragedi Tiananmen. Harian Inggris The Telegraph edisi 6 Desember memberitakan, Perancis ingin melonggarkan embaro, tetapi Inggris tidak.

Ubah Traktat Lisabon

Lagi, Perancis lewat Presiden Nicolas Sarkozy mengindikasikan keinginan agar Bank Sentral Eropa (ECB) menyuntikkan modal ke sektor perbankan, menurunkan suku bunga, mencetak mata uang euro, dan menggantikan para investor untuk sementara dengan membeli obligasi sejumlah negara.

Jerman dan Presdir ECB Mario Draghi menolak hal ini. Masalahnya hal itu akan membuat independensi ECB terkikis. Tambahan pula, ECB tidak memiliki landasan hukum untuk melakukan semua itu. ECB hanya bertugas mengelola inflasi.

Karena itu, tuntutan kembali ke Jerman agar aktif menolong. Namun, Jerman tak mau sepanjang zona euro tak bisa membatasi diri dengan disiplin berdasarkan Stability and Growth Pact, yang meminta zona euro agar maksimal mempertahankan defisit anggaran pemerintah 3 persen dari produk domestik bruto.

Namun, tidak ada hukum yang bisa memaksa kedisiplinan negara-negara anggota. Karena itu, Jerman menuntut agar kedisiplinan ini diikat secara hukum. Masalah muncul. Traktat Lisabon tidak memiliki perangkat hukum seperti itu, yakni yang mengharuskan anggota dikenai penalti jika melanggar disiplin.

Kini ada perancangan soal perubahan traktat. Namun, traktat ini juga hanya didikte Perancis dan Jerman, yang belum tentu bisa disetujui anggota lain. Setiap traktat baru hanya bisa berlaku jika masing-masing parlemen negara meratifikasi traktat. Tambahan lagi, dibutuhkan paling cepat 18 bulan hingga traktat baru disepakati.

Karena itu, tak heran jika Merkel mengatakan, ”Penyelesaian krisis Eropa membutuhkan waktu bertahun-tahun.”

(AFP/AP/REUTERS/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com