”Sejak kelas III SD, Mike belajar bahasa Inggris. Saat di SMPN 2 Sentani, dia masuk kelas bilingual sehingga fasih berbahasa Inggris,”
Mike pun berhasil meyakinkan ketujuh juri yang berasal dari tujuh negara, di antaranya Belanda dan Amerika Serikat. ”Tidak terbayang bisa meraih penghargaan, apalagi sebelumnya saya terancam tidak bisa mengikuti lomba,” kata anak pertama pasangan Alphius dan Amelia Ibo (46) ini.
Konferensi di Belanda digelar bersamaan dengan waktu ujian nasional (UN) SMA, 16 April lalu. Pihak sekolah sempat tak mengizinkan pergi karena Mike bisa tak lulus jika tidak mengikuti UN. Izin baru ia peroleh setelah ada surat izin dari Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh yang menyatakan Mike bisa mengikuti ujian susulan pada 1-4 Mei di Jakarta.
Tak terbayangkan pula penghargaan itu diraih saat Mike mempersiapkan diri menghadapi UN. ”Waktu saya banyak tersita untuk mempersiapkan UN, ditambah ujian sekolah dan ujian praktik,” ujarnya.
Bagi Papua, prestasi Mike menambah daftar anak-anak Papua yang bisa berprestasi di tingkat internasional. Sebelumnya, Septinus George Saa yang juga mengenyam pendidikan di SMAN 3 Jayapura menjadi juara pertama lomba riset ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat internasional tahun 2004.
”Jika ada peluang mengembangkan diri, anak-anak Papua bisa mencapai prestasi tinggi. Peluang itulah yang selama ini tertutup. Ini membuat Papua tertinggal dari daerah lain,” kata Kepala SMAN 3 Jayapura Paulus Gandeguai.