Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Ratusan Miliar Rupiah

Kompas.com - 29/04/2013, 04:05 WIB

Sopir truk asal Sumatera Barat, Datuk Son dan Adi, kepada Kompas, Sabtu (27/4), menuturkan, ”Biasanya, satu hari setelah sampai Jakarta, saya langsung kembali ke Padang membawa sayur-sayuran. Namun, saat ini sudah hampir satu minggu saya tidak pulang karena tidak ada muatan,” ujar Adi.

Dalam sehari, sopir mendapatkan uang makan Rp 50.000. Karena itu, semakin lama sopir menunggu muatan, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang kurang produktif itu.

”Bahkan, ada teman kami yang sudah 24 hari parkir di Pasar Kramatjati. Kami semua menunggu muatan. Kalau solar langka seperti ini, barang kiriman rawan terlambat. Akibatnya, tidak ada yang berani mengirim daripada harus menanggung kerugian besar akibat barang rusak dan klaim hingga jutaan rupiah,” ujar Datuk Son.

Keterlambatan beberapa jam saja membuat mereka harus membayar klaim kepada penerima. Hal itu belum lagi kerugian yang diakibatkan rusaknya barang-barang yang cepat busuk, seperti buah dan sayuran. ”Cabai dari Jawa itu datangnya harus tepat waktu karena mudah rusak. Kalau rusak tidak ada yang mau mengambil. Saya juga pernah mengirim pakaian dari Tanah Abang, Jakarta, ke Padang. Kiriman yang harusnya datang pukul 04.00 baru datang pukul 07.00. Akhirnya sopir yang harus bayar klaim sampai Rp 4.000.000,” ucapnya.

Hal serupa dirasakan Yoyok dan Puput yang biasa mengirimkan barang antarprovinsi di dalam Pulau Jawa. Menurut Yoyok, kelangkaan solar terjadi di daerah Cirebon hingga Jawa Tengah, bahkan sampai Surabaya. Biasanya, perjalanan Jakarta-Surabaya dapat ditempuh tiga hari. ”Kalau harus mengantre solar bisa sampai empat hari,” kata Yoyok. Meski demikian, ia mengaku senang harus mengantre solar karena itu artinya waktu istirahatnya bertambah.

Yoyok adalah salah satu sopir PT 33 yang khusus menyewakan truk untuk jasa pengiriman. ”Kami mendapat tugas mengirimkan pelat besi gulung dari Jakarta ke Surabaya. Dari Surabaya biasanya kami membawa semen Gresik untuk dibawa ke Jakarta,” ujar Yoyok.

Operasi menurun

Kerugian dari kelangkaan solar diungkapkan Ketua DPC Organda Khusus Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kody F Lamahayu. Dia mengatakan, sudah hampir sepekan ini sebanyak 280 pengusaha angkutan dengan 7.500 truk kesulitan solar.

Kebutuhan solar untuk angkutan truk di Pelabuhan Tanjung Perak sekitar 375.000 liter per hari, dengan asumsi setiap truk dari 7.500 truk itu membutuhkan solar sekitar 50 liter per hari. Kody menambahkan, sulitnya membeli solar membuat banyak pengusaha tidak mengoperasikan armadanya.

Hal senada diungkapkan Ketua DPD Organda Jawa Timur HB Mustofa. Dia mengatakan, antrean pembelian solar mengakibatkan beberapa bus tidak beroperasi sehingga pendapatan sekitar Rp 2 juta per hari per unit hilang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com