Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Alan Budikusuma dan Susi Susanti Jatuh Bangun Berbisnis Setelah Gantung Raket

Kompas.com - 01/08/2017, 17:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi seorang atlet sukses dan mengharumkan nama negara di panggung internasional menjadi sebuah keinginan dan cita-cita banyak orang.

Tercatat atlet bulutangkis Indonesia yakni Alan Budikusuma dan Susi Susanti menjadi atlet bulutangkis paling terkenal disaat berhasil membawa Indonesia meraih medali emas pada cabang badminton di tingkat Olimpiade Barcelona 1992 silam.

Atas pencapaian tersebut, Alan Budikusuma dan Susi Susanti meraih penghargaan Bintang Jasa dari pemerintah Republik Indonesia karena berjasa luar biasa terhadap nusa dan bangsa pada bidang atau peristiwa atau hal tertentu di luar bidang militer.

Kini, sebagai pasangan suami istri dengan sederet prestasi telah menjalankan bisnis pribadi yakni produsen peralatan olahraga khususnya peralatan bulutangkis.

Alan Budikusuma dan Susi Susanti nampaknya tak mau cerita kelam sebagai mantan atlet terus berulang, dengan itu dirinya mengembangkan bisnis sebagai jalan untuk menikmati hidup usai berhenti dari dunia olahraga.

Peralatan olahraga dengan merek dagang Astec menjadi usahanya saat ini, Astec sendiri merupakan merek raket yang di buat oleh Indonesia. Mungkin banyak orang bertanya-tanya atau belum mengetahui apa merek Astec ini. 

Astec sendiri merupakan kepanjangan kata dari nama sang pemiliknya yakni Alan Susi Technology (Astec) dengan nama perusahaan PT Astindo Jaya Sport.

Sederet piala, medali, dan menjuarai turnamen internasional seperti Olimpiade, All England, Piala Uber, Piala Sudirman tak lantas membuat keduanya terlena menikmati hasil jerih payah mengharumkan nama bangsa.

Dengan itu, keduanya memutuskan untuk menjalankan usaha yang dibangun mulai dari nol dan tak jauh dari masa kejayaan keduanya yakni dunia olahraga.

Jatuh Bangun Bisnis

Jatuh bangun membangun usaha mandiri telah dicoba. Alan sendiri pernah menggeluti usaha jual beli kendaraan, namun tak berlangsung lama.

Kemudian, keduanya menjadi agen raket asal Jepang, namun demikian, banyak konsumen yang merasa tidak puas dengan produk yang mereka jual.

Akhirnya tercetuslah mengembangkan usaha produsen alat-alat olahraga Astec yang juga berkat dorongan dan dukungan orang tua.

"Saya memutuskan untuk berusaha dengan dukungan dan dorongan dari orang tua karena orang tua," ujar Alan saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Selasa (1/8/2017).

Menurut Alan, dalam membuat sebuah produk, terutama raket bulutangkis, dirinya menggunakan pengalaman pribadinya yang telah menggunakan berbagai merek raket dengan merek internasional.

Dengan bekal pengalaman tersebut, lanjut Alan, dirinya dapat mengetahui apa kekuranang dan kelebihan sebuah produk.

"Dari situ saya saya belajar dan akhirnya saya berani mengembangkan sendiri Astec ini," jelas Alan.

Kendati demikian, Ayah dari tiga anak ini mengakui, persaingan bisnis perlalatan olahraga tak akan mudah karena sudah ada berbagai produsen alat olahraga yang telah merajai pasar Indonesia.

"Kami masih kecil dibandingkan dengan brand-brand besar. Ini tantangan buat kami, bagaimana kami bisa bersaing dengan mereka karena mereka sudah lama eksis di Indonesia," jelasnya.

Dengan itu, cara yang mereka tempuh adalah dengan melakukan kerja sama atau menjadi sponsor dalam sebuah turnamen bulutangkis, kemudian bermitra dengan klub-klub bulutangkis agar menggunakan produknya.

Alhasil usahanya tak sia-sia, kini Astec mulai merambah pasar ekspor selain pasar dalam negeri.

"Perkembangannya semakin hari semakin baik dan bukan hanya di Indonesia kami juga sudah ekspor keluar negeri di Eropa di Asia Tenggara contohnya ke Hongkong, Thailand, Singapura, Malaysia lalu juga Korea, dan saat ini ke Amerika Serikat juga sudah mulai jalan akhir tahun ini," terang Alan yang juga menjadi Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Indonesia (PBSI).

Namun, Alan tak mau menjelaskan lebih lanjut berapa perputaran uang dalam bisnisnya selama satu tahun.

Alan menilai, menyiapkan masa depan bagi seorang atlet harus dipersiapkan dengan baik dan sedini mungkin, agar tak ada lagi cerita kelam sebagai mantan atlet.

Menurutnya, saat ini pemerintah tengah berusaha mempersiapkan masa depan seorang atlet bulutangkis hingga masa pensiun dari dunia olahraga dengan melibatkan seluruh pihak termasuk swasta dan universitas.

"Kedepannya olahraga badminton akan menjanjikan dan bisa menjadi pegangan untuk hidup jadi tidak ada lagi cerita negatif mantan atlet tetapi juga kembali ke pribadi masing-masing mau enggak fokus, mau enggak berjuang, kalau tidak mau ya pasti akan sulit juga," pungkas Alan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com