Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Ini Empat Parameter Pengelolaan Beras

Kompas.com - 03/08/2017, 22:00 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com - Peneliti Suropati Syndicate mengemukakan empat parameter pengelolaan beras. Parameter itu adalah data stok beras, data pasokan beras ke pasar, harga beras, data importasi dan lainnya.

Dalam rilis yang diterima Kompas.com dari Kementerian Pertanian, peneliti Suropati Syndicate, Alhe Laitte, mengemukakan hal itu sebagai tanggapan atas tulisan Dwi Andreas Santosa berjudul "Buruknya Tata Kelola Beras" di Harian Kompas pada pada Rabu (2/8/2017).

Dwi Andreas Santosa adalah Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain itu, Dwi Andreas Santosa adalah Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) dan Center of Reform on Economics Indonesia.

Suropati Syndicate meragukan validitas data pangan AB2TI pada 60 kabupaten. Menurutnya, data itu tidak presisi menggambarkan kondisi nasional tapi digeneralisasi seolah berlaku nasional. "Semua orang paham, pertanian Indonesia sangat luas dengan karakteristik beragam antarwilayah," ujar Alhe.

Iamembeberkan data dari pihaknya dari data survei Badan Pusat Logistik (BPS) tentang stok beras 2015. Data pada Maret 2015 menunjukkan ada 8,07 juta ton beras tersebar di rumah tangga, penggilingan, pedagang, dan hotel, restoran, kafe (horeka), serta di Badan Urusan Logistik (Bulog).

Pada Juni 2015, stok beras di posisi 9,69 juta ton. Per September 2015, stok beras mencapai 8,12 juta ton.

Sementara, Dwi Andreas Santosa menulis pada artikelnya itu bahwa angka tetap produksi padi tahun 2015 menurut BPS terjadi peningkatan produksi padi 6,42 persen, jagung 3,18 persen, dan kedelai 0,86 persen.

Menurut Alhe, pada jangka waktu di atas,"Ternyata kebijakan, langkah antisipasi dan gerak cepat pemerintah mendistribusikan pompanisasi di sungai sungai dan menanam di lahan rawa, lebak, pasang surut yang potensial saat kering, terbukti mampu memproduksi padi secara signifikan dan tersedia stock beras cukup."

Pasar Induk Beras Cipinang

Alhe mengatakan ihwal parameter kedua data pasokan beras ke pasar. Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) ada data yang menunjukkan peningkatan pada 2014-2016.

Pemasukan beras tahun 2015 total 954.991 ton lebih tinggi dari 2014 sebesar 812.974 ton. Demikian juga stok beras PIBC 2016 rerata 44.785 ton per bulan lebih tinggi 19,8 persen dibandingkan 2015 sebesar 37.390 ton per bulan.

Pada tahun 2015 stok beras PIBC lebih tinggi 32,4 persen dibandingkan 2014 sebesar 28.250 per bulan. "Data di sepuluh pasar besar lainnya juga menunjukkan stok beras di pasaran melimpah pada 2015 dan meningkat lagi pada 2016," tuturnya.

Buruh menurunkan beras Bulog di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (26/7/2017). Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras memberikan pengaruh yang besar kepada para petani dan pedagang sehingga menyebabkan pasokan beras ke pasar induk anjlok.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Buruh menurunkan beras Bulog di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (26/7/2017). Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras memberikan pengaruh yang besar kepada para petani dan pedagang sehingga menyebabkan pasokan beras ke pasar induk anjlok.


Parameter ketiga tentang harga, Alhe mengatakan diperlukan sikap kehati-hatian dalam menganalisa harga beras dikaitkan produksi.

Uji statistik menunjukkan tidak ada korelasi jumlah pasokan beras dengan harga eceran. Pembentuk harga beras eceran antara lain sistem distribusi, logistik, tata niaga, struktur, dan perilaku pasar.

Menurut dia, kondisi stok beras di pasaran melimpah pada masa paceklik Januari-Februari 2016. Artinya, terjadi surplus beras pada akhir 2015.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com