Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kambing Kurban Kulon Progo, Singapura, dan Ekonomi Kerakyatan

Kompas.com - 31/08/2017, 21:21 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Contoh berikutnya adalah beras. Di Kulon Progo, 8.000 pegawai negeri membeli 10 kilogram beras per bulan langsung ke petani. Dinas Pertanian pun mengajari teknik pengemasan kepada petani.

Selain itu, Kulon Progo juga memasok sendiri “beras jatah” untuk masyarakat kurang mampu di wilayahnya.

“Dulu, ‘Pak Bupati, terima kasih berasnya sudah ada lauknya’. Ternyata ada kutunya. Sekarang, sejak 2013, sudah pakai beras daerah (rasda), dengan kualitas jauh lebih baik dari beras sejahtera (rastra),” imbuh Hasto.

Lalu, mulai 2014, Bulog pun tak lagi mengirimkan rastra ke Kulon Progo. Alih-alih, mereka membawa uang untuk membeli beras petani seharga Rp 4,5 miliar per bulan. Dana itu dibayarkan langsung ke petani untuk 4,5 juta kilogram rasda sebagai pengganti rastra di sana.

Ide lain pun terus bergulir di Kulon Progo. Gula kelapa adalah sasaran bidik berikutnya.

“Di Asia, produk yang tak bisa dikarteli adalah gula merah,” ujar Hasto.

Menurut Hasto, pesaing Indonesia untuk gula merah hanyalah Filipina. Itu pun, sebut dia, produk negara tetangga hanya mampu 10 persen Indonesia. Adapun Singapura, Malaysia, dan Thailand bahkan tak punya pohon kelapa—sumber bahan baku gula kelapa.

“Gula merah itu produk sangat sakti kalau mau menusuk pasar Asia. Bukan bawang atau beras. Kita kuasai dulu lah gula merah se-Indonesia, minimalnya,” tegas Hasto.

Sebelumnya, Hasto mengaku sudah berupaya merekayasa bawang merah tetap saja kalah dari Vietnam. Beras pun kalah telak soal distribusi dan harga dengan Vietnam yang bisa mengirim beras ke Balikpapan, Kalimantan Timur.

Vietnam, ujar Hasto, bisa mengirim beras itu dalam waktu 4 jam. Dari Kulon Progo? Butuh 4 hari. Soal harga, Vietnam bisa memberikan Rp 4.000 per kilogram, sementara dari Kulon Progo Rp 4.500 per kilogram.

Bahkan, bahan untuk pembuatan bayi tabung—profesi super spesialisasi yang ditekuni Hasto—pun dibilang kita kalah telak dari Vietnam. Negara tersebut sudah bisa membuat sendiri bayi tabung menggunakan tenaga dan teknologi lokal.

“Kita banyak kendala-kendala lokal. Kita kalah teknologi dan banyak hal. Kalau hari ini tidak membangun berbasis ideologi, kita bisa makin kalah lagi,” ungkap Hasto.

Keprihatinan nasionalisme kita, ujar Hasto, adalah bagaimana mempraktikkan benar ekonomi kerakyatan. Praktik ekonomi kerakyatan.

“Bagaimana bisa sertifikasi organik dan diakui dunia? Atau, kita sertifikasi sendiri dan kuasai pasar dalam negeri, lalu jaim sedikit dengan negara lain,” usul Hasto.

Sederet produk lokal Kulon Progo yang dihasilkan dan dipakai mulai dari Kulon Progo juga terus berentet. Mereka punya minimarket lokal Tomira alias toko milik rakyat, produk batu lokal untuk beragam pemakaian, juga batik yang melejit pemakaiannya hingga 40.000-an yard per bulan dari sebelumnya 2.000-an yard per bulan.

“(Batik), kalau kalah di teknologi, pakai saja tangan, terus ciprat-ciprat dan kasih nama ‘Batik Ciprat’. Kualitas nanti lah, eksis dulu. Kalau tidak punya teknologi dan lain-lain, perkuat dulu ideologi,” lanjut Hasto.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Akan Lepasliarkan 277.800 Ekor Benih Lobster di Perairan Lampung

KKP Akan Lepasliarkan 277.800 Ekor Benih Lobster di Perairan Lampung

Whats New
Grab Naikkan Target Laba 2024, Ini Sebabnya

Grab Naikkan Target Laba 2024, Ini Sebabnya

Whats New
Selamatkan Pemegang Polis, Jiwasraya Siapkan Strategi Jemput Bola

Selamatkan Pemegang Polis, Jiwasraya Siapkan Strategi Jemput Bola

Whats New
Tak Hanya Pendapatan Daerah, Smelter Nikel di Morowali Tumbuhkan Usaha Masyarakat Sekitar

Tak Hanya Pendapatan Daerah, Smelter Nikel di Morowali Tumbuhkan Usaha Masyarakat Sekitar

Whats New
IHSG Ditutup Naik Tembus Level 6.200, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.000

IHSG Ditutup Naik Tembus Level 6.200, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.000

Whats New
Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Whats New
OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

Whats New
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Whats New
Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Whats New
Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Whats New
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Work Smart
J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com