"Sekecil apapun, itu bisa jadi beban dan membuat masyarakat berpikir dua kali loh untuk mempergunakan uang elektronik," kata Rahadian.
Yanti, seorang wiraswasta yang membuka usaha di kawasan Jakarta Barat mempertanyakan wacana tersebut. Sebab, ketika membeli beli kartu elektronik, dia sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 40.000 dengan saldo Rp 20.000.
Baca: KPPU Usulkan Biaya Top Up Uang Elektronik Ditanggung PSO
Ia menggunakan uang elektronik untuk berbelanja, naik transjakarta dan commuter line.
"Kalau tiap top up kena (biaya) lagi, asli saya mending bayar cash aja. Karena itu kan sudah jadi kebutuhan, pasti orang rutin top up. Apalagi sekarang (bayar) tol mesti pakai kartu kan, udah jadi kayak makanan sehari-hari," kata Yanti.
Dia menyebut, tiap bulan nasabah juga terkena biaya administrasi jika melakukan transfer atau kegiatan lainnya. Maka dari itu, ia tak sepakat dengan rencana pengenaan biaya top up uang elektronik.
Selain itu, ia meyakini bank akan tetap untung, meski tak menarik biaya tambahan untuk top up uang elektronik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.