Belanja Riset Minim
Hal kritis lainnya yang dinilai perlu dibenahi adalah minimnya belanja litbang atau riset. Saat itu ucap Berly, belanja riset Indonesia hanya sebesar 0,2 persen terhadap PDB selama dua tahun terakhir.
Sementara itu negara lain di ASEAN seperti Singapura dan Thailand sudah diatas 2,5 persen. Berly memahami pemerintah memiliki keterbatasan dari sisi anggaran. Oleh karena itu, peran swasta untuk mengambangkan riset perlu lebih banyak dilibatkan.
“Swasta bisa berkontribusi apabila ekosistem riset termasuk kebijakan inovasi, khususnya berkaitan dengan paten mendukung.” kata Berly.
Berkaca dari Negara Lain
Beberapa negara telah membuktikan mampu menjadi negara maju dengan mengandalkan inovasi, termasuk mendorong pertumbuhan paten.
Jepang dan Korea Selatan misalnya, mendorong inovasi dan pertumbuhan paten dengan memberikan berbagai insentif.
Insentif untuk mendorong inovasi bisa berupa pemotongan pajak pada perusahaan yang inovatif baik melalui tax allowance, tax deduction on reserch expenditure, dan tax holiday.
Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan skema insentif non-fiskal termasuk mempermudah prosedur dan biaya pendaftaran paten.
“Prosedur paten perlu dipermudah dan dipercepat. Jika proses pengajuan paten masih lama dan mahal maka perusahaan di sektor hi-tech akan berfikir sekian kali sebelum investasi di Indonesia” ucap Berly.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.