Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada “Ritual” Cari Sinyal di Natuna

Kompas.com - 19/10/2017, 14:54 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Kompas TV Sekitar pukul 10.15 WIB, Presiden Joko Widodo tiba di lokasi acara paparan latihan PPRC di Natuna.

Ada sejumlah lokasi di Natuna yang sudah ditandai lalu menyebar dari mulut ke mulut sebagai tujuan para pelaku “ritual” cari sinyal. Meski begitu, tak ada jaminan sinyal benar-benar tertangkap dan atau bisa dipakai.

Baca juga: Senang dan Sedih Susi di Natuna

Bandara Ranai merupakan tempat yang disebut paling berpeluang disinggahi sinyal buat ponsel. Lokasi berikutnya, satu kafe di jalur dari bandara ke pusat kota Natuna.

Lokasi selanjutnya adalah di kawasan sekitar pangkalan Marinir dan TNI AL di Selat Lampa. Ada menara pemantul sinyal ponsel di situ. Jaraknya sekitar 20-an kilometer berseberangan arah dari bandara.

Di luar tiga lokasi tersebut, hanya keberuntungan dan arah angin bertiup yang jadi perburuan dalam “ritual” mencari sinyal.

Di hotel tempat rombongan menginap, misalnya, memang tersedia fasilitas Wi-Fi gratis sekalipun terbatas di area resepsionis. Masalahnya, bar sinyal penuh tetapi keterangan yang tertera di bawah nama koneksi adalah “no internet”.

Menurut Abdullah, kelebihan beban pengguna jaringan bisa jadi merupakan penyebab kondisi sinyal yang sesekali saja malu-malu muncul di Natuna. Pertumbuhan pengguna ponsel pintar patut diduga melebihi perkembangan infrastruktur telekomunikasi ini di Natuna.

Kabar baiknya, kata Abdullah, jaringan fiber optic mulai dibangun di Natuna, bagian dari kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika. Saat ini, penanaman jaringan di darat sudah berjalan dengan perkiraan target berfungsi pada 2018.

Menurut Abdullah, kemungkinan lain sinyal yang setidaknya makin memburuk setahun terakhir juga punya kaitan dengan jaringan baru telekomunikasi yang lagi dibangun itu.

“Mungkin provider masih wait and see perkembangan proyek,” kata Abdullah.

Pada semester I 2017, lanjut Abdullah, sempat ada penambahan lima menara pemantul sinyal telekomunikasi di Natuna. Salah satunya yang berlokasi di dekat markas TNI AL di atas.

“Tapi belum ada perbaikan berarti soal kualitas sinyal ini,” kata Abdullah.

Kalaupun di lokasi dekat kompleks militer tersebut didapati sinyal cukup rajin bertandang, Abdullah berpendapat hal itu lebih karena penduduk di kawasan itu belum banyak.

Menurut dia, kondisi bakal berbeda lagi saat kompleks tersebut sudah berpenghuni. Rencananya, kompleks ini akan turut diresmikan Presiden Joko Widodo bersamaan dengan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Pulau Tiga dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Selat Lampa pada November 2017.

Di luar tantangan sinyal, Natuna sebenarnya bak kembang yang lagi mekar. Sejumlah proyek strategis disiapkan di sini, terutama di bidang kelautan dan perikanan serta pertahanan dan keamanan.

Tingkat elektrifikasi pun sedang digenjot di sini untuk segera tercapai 100 persen maksimal pada 2019. Kehadiran SKPT misalnya, menjadi salah satu sebab utama PT PLN (Persero) menghadirkan PLTD Selat Lampa yang sudah masuk tahap uji performa.

Namun, tantangan sepertinya masih panjang. “Ritual” cari sinyal ada di antaranya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com