Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

Belajar dari Revolusi Putih di India

Kompas.com - 09/11/2017, 18:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

BELUM genap sebulan memimpin Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sudah diminta Prabowo Subianto untuk menjalankan revolusi.

Kali ini bukan revolusi politik yang menakutkan, tetapi Revolusi Putih yang mendorong peningkatan konsumsi susu di kalangan anak-anak.

Prabowo dengan Gerindra-nya beralasan, India dan China sudah menjalankan Revolusi Putih yang membawa dua negara tersebut berhasil meningkatkan gizi penduduknya.

(Baca juga : Hashim Temui Anies, Usulkan Program Revolusi Putih dari Prabowo)

Saya mencoba untuk menilik Revolusi Putih di India. Seperti apa Revolusi Putih di India?

Kata "revolusi" di India erat kaitannya dengan booming produksi pertanian. Sejak sekitar tahun 1960-an, di India ada beberapa revolusi seperti revolusi merah (produksi tomat), revolusi abu-abu (pupuk), revolusi kuning (minyak goreng), revolusi emas (mangga, madu), revolusi perak (telur).

Revolusi Putih atau Operation Flood dicanangkan pemerintah India pada 1970. Konteksnya pada saat itu sebenarnya bukan pada peningkatan konsumsi, melainkan peningkatan produksi susu di dalam negeri.

Sebenarnya jejak Revolusi Putih sudah dirintis pada 1950 oleh Dr Verghese Kuriyen. Doktor di bidang teknik jebolan Michigan State University, Amerika Serikat, ini mendirikan Gujarat Cooperative Milk Marketing Federation (GCMMF) dengan merek susu AMUL (Anand Milk Union Limited).

Kondisi saat itu, harga pangan di India, termasuk susu, sangat fluktuatif karena suburnya pihak ketiga (intermediaries). Dampaknya, konsumen mendapat harga tidak wajar.

Produsen susu dari luar negeri terutama negara-negara Eropa sangat agresif mencaplok pangsa pasar India yang renyah karena populasinya besar.

Kuriyen juga miris melihat kondisi gizi penduduk India, terutama di pedesaan. Saat itu, untuk memenuhi kebutuhan domestik, India masih mengimpor susu.

Inisiatif Kuriyen untuk meningkatkan produksi susu dirintis melalui koperasi. Koperasi menjadi penggerak ekonomi di pedesaan dan memotong jalur distribusi agar petani (pemerah susu) mendapat harga lebih baik ketimbang harga dari pengepul dan konsumen bisa membelinya dengan harga yang kompetitif.

Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, gerakan koperasi di India sangat masif demi meningkatkan taraf hidup petani di pedesaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com