Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Fintech Ancam Industri Perbankan?

Kompas.com - 27/02/2018, 17:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor jasa konsultan internasional atau Pricewaterhouse Coopers Indonesia (PwC Indonesia) merilis Indonesia Banking Survei 2018.

Dalam hasil survei tersebut, PwC Indonesia menyebutkan, perkembangan Financial Technology (fintech) menjadi salah satu risiko bagi industri perbankan nasional.

Survei Perbankan PwC Indonesia dilakukan terhadap 65 responden dari 49 bank yang berada di Indonesia. Para responden merupakan pejabat di tingkat manajemen senior pada masing-masing bank tersebut.

Sebesar 41 persen responden dari bank besar menyatakan bahwa fintech akan menjadi ancaman serius dalam lima tahun kedepan.

Baca juga : Belum Punya Izin, 37 Fintech Dilarang Beroperasi

PwC Indonesia Advisor Chan Cheong mengungkapkan, keberadaan fintech saat ini juga diuntungkan dengan perilaku masyarakat yang semakin gemar dalam melakukan transaksi secara digital.

"Lima tahun lalu, menggunakan mobile aplikasi jadi hal yang baru. Tapi kini itu sudah jadi hal biasa. Adanya fintech memanfaatkan hal ini. Oleh karenanya, jika perbankan tidak segera berbenah, maka akan ketinggalan," ujar Chan Cheong saat pemapara Indonesia Banking Survei 2018 di Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Sementara itu, Financial Service Leader PwC Indonesia David Wake mengatakan, pada tahun 2018 ini perkembangan teknologi akan menjadi perhatian utama bagi perbankan.

Berdasarkan hasil survei, teknologi masih menjadi penggerak transformasi usaha nomor satu, dan juga menjadi risiko terbesar bagi industri perbankan.

Baca juga : Fintech Lending, Instrumen Keuangan dengan Kenaikan 800 Persen !

"Kami memperhatikan adanya keterkaitan yang kuat antara kejelasan strategi digital dan sejauh mana responden merasa banknya siap untuk menghadapi masa depan," ujar David.

Kemudian, dari hasil survei tersebut, sebagian besar bank mengarahkan belanja teknologinya pada bagian depan situs web yang interaktif, aplikasi, dan sistem-sistem perbankan elektronik.

Dalam survei itu juga tercatat bahwa ponsel dan internet untuk pertama kalinya mengambil alih posisi puncak sebagai jalur transaksi nasabah setelah mengalahkan kontribusi transaksi konvensional.

"Padahal, baru tiga tahun yang lalu 75 persen bankir memperkirakan bahwa lebih dari separuh transaksinya dilakukan melalui kantor cabang konvensional, kini angka ini turun menjadi 34 persen, sedangkan tren bertransaksi di jalur digital naik menjadi 35 persen," ungkapnya.

Kompas TV OJK mengatakan ada empat perusahaan yang tertarik di bisnis teknologi finansial pembiayaan syariah. OJK menilai peluang bisnis ini masih terbuka lebar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com