Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Pantau Kebijakan Moneter AS

Kompas.com - 01/03/2018, 17:07 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan terus memantau perkembangan perekonomian global. Ini pun termasuk perkembangan kebijakan pemerintah AS, tidak terkecuali kebijakan moneter.

Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK Y Santoso Wibowo mengungkapkan, hal yang perlu dicermati adalah terkait kenaikan suku bunga AS Fed Fund Rate (FFR). Kebijakan tersebut pada akhirnya akan berdampak kepada Indonesia pula.

"Kenaikannya suku bunga AS apakah 3 atau 4 kali," kata Santoso dalam media briefing di Jakarta, Kamis (1/3/.2018).

Santoso menyatakan, OJK akan terus memantau apakah perkembangan kebijakan suku bunga di AS akan berdampak kepada pelemahan nilai tukar rupiah lebih lanjut. Selain itu, apakah perkembangan kebijakan moneter AS akan harus direspons dengan kenaikan suku bunga acuan.

Baca juga: The Fed: Pengetatan Moneter Tetap Berlanjut

"Kalau ekspor meningkat dengan baik, mudah-mudahan rupiah tidak drop," ungkap Santoso.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Departemen Stabilitas Sistem Keuangan OJK Rendra Idris menyebut, hal yang perlu dicermati adalah reaksi domestik terhadap perubahan kebijakan di AS. Selain itu, perlu diperhatikan pula seberapa banyak dan cepat kenaikan suku bunga di AS.

Meskipun demikian, OJK sudah melakukan assessment terkait dampak kenaikan suku bunga AS. Menurut Rendra, dampak kenaikan suku bunga AS tidak akan besar terhadap Indonesia.

"Kami sudah hitung kalau terjadi (kenaikan suku bunga AS) 4 kali pun relatif dampaknya mild, maksudnya tidak terlalu signifikan," sebut Rendra.

Ia menuturkan, nilai tukar rupiah pun kemungkinan bakal terdampak kenaikan suku bunga acuan AS. Menurut dia, Bank Indonesia (BI) akan meresponsnya dengan berbagai langkah.

"BI masih mempunyai ruang penyesuaian, cadangan devisa masih bagus, ruang untuk adjustment (penyesuaian) suku bunga sebagai pertahanan terakhir mungkin dilakukan," tutur Rendra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com