Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Modalnya Hanya Semangat dan Doa..."

Kompas.com - 02/04/2018, 06:48 WIB
Ari Widodo,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

DEMAK, KOMPAS. com - "Sebenarnya, kalau fokus bikinnya, sehari saya bisa dapat 12 buah, tapi kan saya kerja sambil momong Ibu yang lumpuh, jadi cuma dapat 5 - 8 buah saja," kata Puji Wahyuningsih (41) kepada Kompas.com, Minggu (1/4/2018) pagi.

Matanya terlihat berkaca-kaca namun tangannya tak henti bergerak menyusun helai demi helai kain perca yang tengah dibentuknya menjadi sebuah keset.

Ibu rumah tangga warga Desa Dukun, Karangtengah, Kabupaten Demak, Jateng ini, bersama tetangganya bergotong royong memproduksi alat rumah tangga berbahan baku limbah kain.

Puji mengungkapkan, motivasinya membuat keset adalah untuk mengembangkan kreasi dan memanfaatkan limbah pabrik yang menggunung di sekitar desa mereka.

"Di sini kan ada beberapa pabrik besar yang limbahnya sangat melimpah, jadi kami mencoba memanfaatkannya. Daripada jadi polusi lingkungan," ungkap perempuan kurus yang sehari hari tinggal di rumah berdinding setengah bata berukuran 3 x 5 meter ini.

Selama perbincangan, tangannya tidak berhenti menganyam kain, jari-jarinya dengan lincah menari-nari menyelipkan bahan panjang berwarna warni di sela sela besi silinder alat pembuat keset manual.

Puji hanya berhenti jika ibunya yang lemas tergolek di tempat tidur, memanggilnya.  Ia bergegas menghampiri orang tua kandungnya itu dan melayani dengan lemah lembut.

Nadhiroh (38) Warga Desa Dukun,  Kecamatam Karangtengah, Kabupaten Demak, Jateng,  saat membuat keset dari limbah garmen, di emper rumahnya, Minggu (1/4/2018) pagiKOMPAS.com (ARI WIDODO) Nadhiroh (38) Warga Desa Dukun, Kecamatam Karangtengah, Kabupaten Demak, Jateng, saat membuat keset dari limbah garmen, di emper rumahnya, Minggu (1/4/2018) pagi
Tak jauh berbeda dengan Puji, Nadhiroh (38) yang mendiami sebuah emper rumah berdinding papan lapuk seluas 3x4 m juga mulai tergerak hati untuk mengubah nasib.

Sepenuh semangat, dianyamnya keset keset kain tersebut sambil berkomat kamit melantunkan zikir. Ia meyakini ikhtiar dan doa akan mengubah nasib manusia.

"Alhamdulillah, sekarang teman-teman senasib mau mencoba bikin keset dan cempal, hasilnya kami setorkan kepada ketua kelompok untuk dipasarkan. Kami cuma bikin aja, pemasarannya pasrahke ketua, kalau laku modal kami balik, terus ada laba sedikit dan bisa ngisi kas juga," ucap perempuan ini sambil tersenyum.

Sang ketua kelompok, Siti Sumiyati, membenarkan cerita anggotanya.  Awalnya dia prihatin terhadap nasib tetangganya yang berada di bawah garis kemiskinan.  Akhirnya mereka bergabung untuk membuat home industri bernama kelompok usaha bersama (Kube) Srikandi.

"Modalnya hanya semangat dan doa," kata perempuan beranak satu ini.

Modal awal yang mereka gunakan untuk memproduksi alat rumah tangga adalah bahan kain limbah yang bisa mereka peroleh dari pabrik di sekitar dengan harga Rp 600 per kilogram.

Sedangkan untuk alat pembuat keset mereka dapatkan dengan berutang. Harga per buah alat pembuat keset Rp 500.000.

"Saat ini kami baru punya 5 buah, itu pun masih berutang. Jika keset-keset ini laku terjual, kami sisihkan untuk membayarnya," sebut Siti.

Satu buah keset dipatok seharga Rp 12.000, sedangkan cempal (kain warna warni yang dibentuk untuk mengangkat perabot dapur yang panas) dihargai Rp 5.000 per pasang.

"Sementara ini jualnya masih di wilayah Demak, melalui jaringan kawan. Kadang juga kami tawarkan di sosmed," terang Siti.

"Kami membutuhkan support berupa bimbingan dan modal serta peluang pemasaran dengan harapan bisa mengembangkan produksi masyarakat seperti kami ini," tambah wanita yang pernah menjadi TKW ini.

"Seberat apapun hidup kita, jangan sampai kita hanya pasrah dan minta-minta. Kami akan terus berusaha dan belajar untuk maju dan berkembang," lanjut Siti.

Rasa syukur atas rezeki yang mereka dapatkan adalah dengan menyumbangkan juga keset-keset tersebut di mushala dan masjid yang membutuhkan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com