Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Direktur Eksekutif Economic Action

Direktur Eksekutif Economic Action (ECONACT) Indonesia. Analis Ekonomi BNI Securities Jakarta Barat, dan Staf Ahli Komite Ekonomi dan Industri Nasional Republik Indonesia

Ketika AS dan China Saling Jegal

Kompas.com - 06/04/2018, 06:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Beberapa tahun yang lalu pemerintah China menggunakan keahlian cyber Peoples Liberation Army's (PLA) menginfiltrasi perusahan AS dan mencuri teknologinya.

Pemerintah China membantah tuduhan tersebut, sampai pada akhirnya Presiden AS Barack Obama dan President Xi Jinping bertemu di California pada Juni 2013. Obama menunjukkan pada Xi detail bukti-bukti yang ditunjukkan oleh cyber espionage AS. Akhirnya, Xi setuju bahwa pemerintah China tidak lagi menggunakan PLA atau institusi pemerintah lainnya untuk mencuri teknologi AS.

Sejak saat itu, pencurian teknologi AS oleh perusahaan China melalui cyber turun drastis. Namun, cara pencurian teknologi oleh China pada perusahaan AS mengalami transformasi.

Perusahaan AS yang ingin melakukan bisnis di China diharuskan melakukan transfer teknologi sebagai syarat masuk pasar China.

Perusahaan AS dengan terpaksa melakukan transfer teknologi agar dapat masuk ke pasar dengan 1,3 miliar penduduk dengan skala ekonomi terbesar kedua di dunia.

Namun, para pengusaha AS mengeluhkan bahwa syarat transfer teknologi tersebut merupakan bentuk lain pemerasan yang dilakukan China terhadap AS. Bahkan mereka mengkhawatirkan bahwa pemerintah China sengaja menunda persetujuan sedemikian rupa sehingga perusahaan domestik dengan menggunakan transfer teknologi tersebut telah menguasai pangsa pasar terlebih dahulu.

Pemerintah AS tidak dapat memakai cara tradisional untuk mengatasi perselisihan perdagangan dengan China tersebut atau menggunakan prosedur WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) untuk menghentikan praktik China tersebut.

AS juga tidak dapat melakukan cara China yaitu perusahaan China yang beroperasi di AS harus melakukan transfer teknologi karena China tidak memiliki keunggulan teknologi melebihi AS. Sehingga pemerintah AS kini menggunakan kebijakan tarif untuk menekan China agar patuh dengan praktik bisnis yang sehat.

Tim perunding AS akan menggunakan ancaman tarif lainnya pada China untuk menekan China agar kebijakan transfer teknologi perusahaan AS yang akan beroperasi di China dihapuskan.

Kalau itu berhasil, dan perusahaan AS yang melakukan bisnis di China tanpa dipaksa membayar ongkos kompetisi yang sangat mahal, maka kebijakan ancaman tarif akan menjadi alat kebijakan perdagangan internasional yang sangat mujarab. Tentu kebijakan ini akan berdampak pada perekonomian nasional.

Produk-produk China yang tidak dapat masuk ke AS akan mengalir ke negara lain, termasuk Indonesia.

Karena itu, perumus kebijakan publik di Indonesia harus memperhatikan kepentingan industri nasional agar tidak gulung tikar. Karena jika industri nasional dari hari ke hari kian menunjukan tanda-tanda kebangkrutan, maka tidak hanya ketahanan industri nasional yang akan semakin lemah, tetapi juga masalah tambahan pengangguran yang akan semakin berat, di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi yang terbilang kurang progresif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com