Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Helikopter "Bergeluduk", Tumpahkan Air Jelang Puncak Kemarau

Kompas.com - 09/05/2018, 15:25 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

Oleh karenanya, pihak manajemen penanggulangan api ini juga menerapkan program untuk mengedukasi masyarakat bertanam dan merasakan hasilnya, dibandingkan mencari nafkah dengan membakar hutan untuk membuka lahan.

"Budaya bertaninya kurang. Di sini kami bekerja sama dengan pihak-pihak, baik pusat maupun daerah, akademisi, instansi terkait," kata Head of Social and Security PT WKS Slamet Irianto.

Baca: Limbah Sawit yang Lantas Bernilai Rp 1 Miliar

Wilayah-wilayah hutan di Sumatera, termasuk di Jambi sendiri, terkenal dengan wilayah gambut. Sisa-sisa tumbuhan yang lama terpendam menjadi "bahan bakar" nan subur bagi kebakaran hutan sehingga akan sulit dipadamkan.

Karena itu pula, mereka turut mematuhi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.

"Dalam penaatan kebijakan untuk gambut, kami melakukan perubahan RKU (rencana kerja usaha). Perubahan itu berupa tidak mengelola area yang masuk ke dalam kavling konservasi lindung ekosistem gambut," ujar Taufik Qurahman, PR Media PT WKS.

Mereka masih mendapat kewenangan untuk menjaga area tersebut dari bahaya kebakaran, perambahan, dan lain-lain. Luas wilayahnya sendiri seperti dijelaskan 40 persen di areal gambut.

"Yang masuk dalam kavling 40.000-an hektar. Diberi (kesempatan bertanam) satu daur, kemudian tidak boleh ditanam kembali untuk kemudian membiarkan sistem gambut seperti semula," ujarnya.

Sesuai PP tersebut, mereka memasang logger untuk mempertahankan tinggi air 40 cm di areal gambut. Di sisi lain, waktu penanaman sudah berjalan dan sebagian sudah dipanen sambil menunggu arahan regulasi dari kementerian.

"Jika area itu kami biarkan, maka kemungkinan kebakaran atau perambahan dari pihak luar makin besar. Oknum tertentu masuk, melakukan pembukaan, dan menjadi ancaman bagi kita semua," ujarnya.

Di sisi lain, menurut dia, mempertahankan level ketinggian air 40 cm di lahan gambut membuat potensi tumbangnya tanaman industri menjadi lebih besar karena tanah menjadi terlalu lunak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Whats New
Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Tak Perlu ke Dukcapil, Ini Cara Cetak Kartu Keluarga secara Online

Earn Smart
Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Laba Bank Tumbuh Terbatas, Pengamat: Pengaruh Kondisi Ekonomi Secara Umum

Whats New
Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Jumlah Kunjungan Warga RI ke Singapura Meningkat Gara-gara Konser Taylor Swift

Whats New
Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com