Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat di Hari Minggu, Menteri Bahas Perang Dagang dan "Fed Fund Rate"

Kompas.com - 08/07/2018, 15:56 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada hari Minggu (8/7/2018) sore.

Berdasarkan agenda yang disiarkan humas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Minggu pagi, rapat sore ini membahas tentang perumusan strategi dan kebijakan menghadapi dampak perang dagang dan kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat.

Hingga pukul 15.20 WIB, sudah ada beberapa menteri yang hadir.

Mereka adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Kepala BKPM Thomas Lembong.

Baca juga: Pemerintah Bahas Langkah Antisipasi Perang Dagang dengan AS

Selain para menteri, juga hadir Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dan Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo.

Para pewarta masih menunggu di lokasi menanti kedatangan menteri terkait lain yang dijadwalkan menghadiri rapat tersebut.

Para menteri yang hadir tidak menjelaskan secara detil tujuan dan bahasan dalam rapat tersebut.

Sri Mulyani mengungkapkan, rapat diadakan di luar hari kerja karena hasilnya akan dibahas dalam rapat dengan Presiden Joko Widodo.

"Rapat hari ini (Minggu) karena mau dipakai buat Senin," kata Sri Mulyani sembari jalan masuk ke ruang rapat.

Baca juga: Senin Depan Jokowi Pimpin Rapat Bahas Ancaman Perang Dagang AS

Ancaman perang dagang mulai mengemuka setelah Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia yang sekaligus Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi, menceritakan Indonesia sudah diperingatkan Presiden Amerika Serikat.

Donald Trump memperingatkan karena ekspor Indonesia ke AS lebih tinggi ketimbang dari AS ke Indonesia. Selain itu, AS juga sedang meninjau ulang kebijakan Generalized System of Preference (GSP).

Dengan adanya kebijakan itu, AS membebaskan bea tarif bea masuk terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang.

GSP menjadi satu-satunya tumpuan Indonesia dalam menjalin hubungan dagang dengan AS.

Bila kebijakan GSP ditiadakan, maka dampaknya akan langsung terasa ke neraca perdagangan Tanah Air karena akan ada tarif yang dikenakan jika Indonesia ekspor ke AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com