Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Bank BUMN Dinilai Masih Prospektif

Kompas.com - 09/07/2018, 10:14 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah analis menilai harga saham bank-bank pelat merah masih prospektif.

Pada level sekarang harga saham-saham bank BUMN sudah menarik. Penurunan harga saham perbankan saat ini dipicu adanya tekanan dari sisi eksternal.

Kepala Riset Sinarmas Sekuritas Evan Lie mengatakan, penurunan tersebut disebabkan kenaikan suku bunga, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang cenderung melemah, dan kepastian dari perang dagang di mana bank sebagai sektor dengan kapitalisasi terbesar ikut terkena dampaknya. 

“Akan tetapi seiring dengan koreksi dari awal tahun, nilai valuasi sekarang sangat atraktif, dan juga kami berharap pertumbuhan kredit akan membaik apabila dilihat dari tingkat konsumsi selama lebaran dan maraknya event-event sepanjang tahun yang dapat mendukung konsumsi seperti Pilkada, World Cup, Asian Games, dan kampanye Pilpres yang dimulai akhir tahun ini,” sebut Evan dalam pernyataannya, Senin (9/7/2018).

Baca juga: Perbankan Nilai Relaksasi LTV Mampu Dorong Permintaan Sektor Properti

Evan pun menyebut, saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk masih prospektif untuk dikoleksi. Program satu juta rumah dipandang bisa menggenjot saham perseroan.

Dengan price to book value atau P/BV yang rendah ini, maka target harga saham BTN hingga akhir 2019 mencapai Rp 3.475 per saham. 

“Kami melihat program satu juta rumah akan sangat menguntungkan dan mendorong peningkatan pendapatan,” ujar Evan

Menurut Evan, untuk tahun ini Sinarmas Sekuritas memprediksi laba bersih BTN akan mencapai Rp 3,3 triliun.

Baca juga: BTN Optimistis Target Bisnis 2018 Tercapai

Ini didorong oleh pendapatan bunga bersih yang diperkirakan mencapai Rp 10,26 triliun.

Adapun untuk total kredit pada 2018 akan mencapai Rp 236,5 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 234,24 triliun, Marjin Bunga Bersih (NIM) 3,6 persen, dan rasio kredit bermasalah atau NPL gross 2,6 persen. 

“Kami rekomendasikan beli (buy) untuk saham BBTN hingga akhir 2019 dengan target harga (TP) Rp 3.475 yang didukung ekspansi kredit yang kuat dan valuasi yang rendah,” kata Evan.

Prospek jangka panjang

Pakar finansial dari Universitas Prasetya Mulya Lukas Setia Atmaja menjelaskan, untuk jangka panjang saham perbankan selalu prospektif, termasuk juga BTN. 

Penurunan saham perbankan setidaknya ada tiga hal yang menjadi dasarnya yakni karena tahun lalu harga saham bank BUMN sudah naik tinggi seperti BTN.

Kemudian, adanya kondisi ekonomi seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang bisa menimbulkan resesi. 

“Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kenaikan suku bunga,” ujarnya.

Baca juga: Naik 20 Persen Aset BTN Per Mei 2018 Capai Rp 189,68 Triliun

Secara fundamental, saham perbankan masih bagus seperti terlihat pada laporan keuangan kuartal I-2018 dan secara valuasi pun masih sangat menarik untuk dikoleksi jangka panjang.

Namun, karena pelemahan rupiah, investor asing banyak keluar dan menjual saham-saham blue chip yang sebagian besar adalah saham bank BUMN. 

“Investor yang punya dana berlebih bisa masuk secara bertahap,” ujar Lukas.

Sebelumnya, Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, penurunan harga saham perseroan lebih disebabkan adanya faktor global, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga. 

“Semua ini dalam rangka normalisasi dan ini tidak bisa dihindari di semua negara,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com