Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Cara yang Bisa Dilakukan China Untuk Melawan Kebijakan Tarif AS

Kompas.com - 23/07/2018, 03:24 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

Sumber BBC

China sempat melarang agen travel menjual paket perjalanan ke Korea Selatan.

Walau tentu saja, beberapa pihak menilai tindakan ini akan terlalu ekstrim.

3. Devaluasi Mata Uang

Melemahkan nilai mata uang yuan akan mendorong ekspor China dengan membuat harga produk menjadi lebih murah bagi negara lain, selain itu juga dapat mengimbangi keneaikan harga yang disebabkan oleh penerapan tarif AS.

Analis mengatakan, kondisi bank sentral China yang tidak mendorong nilai mata uang mereka, yuan, ketika anjlok belakangan ini, merupakan tindakan yang menunjukkan bahwa mereka menyerahkan semuanya kepada kekuatan pasar.

Meski, mengingat yuan telah terkoreksi cukup dalam terhadap dollar AS, analis juga menilai bank sentral perlu untuk melakukan intervensi saat ini.

4. Menjual Obligasi AS

China memiliki lebih dari 1 triliun dollar AS obligasi pemerintah Amerika Serikat, sehingga dikhawatirkan China memiliki sedikit kontrol terhadap ekonomi AS.

Namun, jika China menjual begitu saja obligasi tersebut, justru akan mengancam perekonomian setempat. Hal tersebut akan mengurangi nilai aset yang China miliki, selain itu dapat mengurangi likuiditas dari pasar surat utang.

5. Turut Ikut Campur dalam Diskusi Korea Utara

Sebelumnya, Presiden Trump sempat mengatakan dalam salah satu tweetnya, bahwa China bisa saja ikut campur dalam proses negosiasi denuklirisasi antara Amerika Serikat dan China Utara.

Hal ini justru menjadi salah satu kartu yang bisa dimainkan dengan mudah oleh China. Dengan turut ikut campur dalam proses negosiasi ini, China tidak hanya mengancam AS secara ekonomi, tetapi juga geopolitik.

6. Fokus terhadap Ekonomi Domestik

China juga bisa fokus terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi domestik mereka, dengan memperluas dan mempererat hubungan dagang dan investasi dengan negara-negara lain.

Dengan melakukan diversifikasi ini, maka pertumbuhan ekonomi China tidak hanya mengandalkan dari hubungan ekonomi mereka dengan Amerika Serikat saja.

Ekonom HSBC Julia Wang mengatakan, China pun akan memperluas hubungan dagang mereka, salah satunya dengan Uni Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com