Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Kekeliruan Anggapan Daya Beli Rendah hingga Ledakan di Bandara Soetta

Kompas.com - 23/07/2018, 07:05 WIB
Erlangga Djumena

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurunnya daya beli masyarakat dinilai sebagai biang kerok lesunya usaha. Padahal menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali ada faktor lain yang lebih berperan yang membuat turunnya usaha para pebisnis.

Menurut Rhenald, faktor utama yang membuat usaha tidak berkembang bahkan terancam tutup adalah fenomena shifting yang terjadi secara luas dan belum dipahami dengan baik oleh para pelaku usaha.

Artikel mengenai hal tersebut mendapatkan perhatian yang besar dari pembaca selama akhir pekan kemarin, sehingga menjadi salah satu berita yang populer.

Berita lain yang menarik minat pembaca adalah mengenai nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah akibat "ulah" Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Berikut 5 berita populer di kanal Ekonomi, Minggu (22/7/2018) kemarin.

1. Rhenald Kasali Bahas Kekeliruan Anggapan Daya Beli Rendah

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menyebut, banyak pengusaha yang menyalahkan daya beli rendah ketika usahanya saat ini tidak berkembang bahkan terancam tutup.

Padahal, penyebab utamanya bukan daya beli rendah, melainkan adanya fenomena shifting yang terjadi secara luas dan belum dipahami dengan baik oleh para pelaku usaha.

"Pada waktu masalah daya beli ramai ribut di permukaan, kami sedang riset mengenai shifting. Kami tahu persis tutupnya toko-toko itu bukan fenomena daya beli. Ini adalah fenomena yang terjadi secara global, terjadi di seluruh dunia," kata Rhenald saat acara peluncuran buku terbarunya, The Great Shifting, di Rumah Perubahan, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (21/7/2018).

Dampak fenomena shifting yang paling nyata adalah tutupnya toko-toko ritel modern, baik dari brand besar maupun yang kecil. Kebanyakan orang menilai penyebab tutupnya toko ritel modern tersebut karena perpindahan ke online, padahal intervensi online di Amerika Serikat baru sekitar 8 persen, sehingga itu tidak jadi faktor utama.

Berita selengkapnya: Rhenald Kasali Bahas Kekeliruan Anggapan Daya Beli Rendah


2. Amerika Curigai Pelemahan Yuan sebagai Manipulasi Nilai Mata Uang

Amerika Serikat (AS) mulai mengamati pergerakan nilai mata uang yuan China yang semakin melemah terhadap dollar AS.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, mereka akan melakukan peninjauan terkait adanya kemungkinan China melakukan manipulasi terhadap nilai mata uangnya.

Dikutip melalui CNBC, peninjauan terhadap melemahnya yuan akan menjadi bagian dari rapat pertengahan tahun US Treasury's dalam manipulasi kurs. Laporan tersebut jatuh tempo pada 15 Oktober 2018 dan akan berdasarkan pada aktivitas mata uang pada 6 bulan pertama 2018.

Berita selengkapnya: Amerika Curigai Pelemahan Yuan sebagai Manipulasi Nilai Mata Uang

3. Pernyataan Trump Berdampak pada Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sepanjang Juli 2018 ini terus tertekan di kisaran Rp 14.090- Rp 14.520.

Tekanan terhadap rupiah ini mengingatkan pada momentum serupa yang terjadi pada September 2015.
Pada saat itu sepanjang bulan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak direntang Rp 14.080-Rp 14.728 per dollar AS. Kurs rupiah pada penutupan perdagangan, Jumat (20/7/2018) merupakan yang terendah sejak 5 Oktober 2015.

Berita selengkapnya: Pernyataan Trump Berdampak pada Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

4. Rhenald Kasali: Pengusaha yang Senang Impor Sedang Celaka, Harus Cari Alternatif...

Penguatan dollar AS terhadap rupiah yang terus terjadi dinilai akan sangat berdampak pada pengusaha yang punya cost dollar AS namun pendapatannya dalam mata uang rupiah.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, pengusaha yang senang impor sedang dalam posisi yang kurang menguntungkan.  Oleh karena itu, mereka harus segera mencari alternatif dari dalam negeri.

"Mereka yang senang impor ini yang sedang celaka. Harus segera cari alternatif dari dalam negeri," kata Rhenald saat peluncuran buku The Great Shifting di Rumah Perubahan, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (21/7/2018).

Rhenald memberi contoh dalam hal jasa inspeksi barang yang sejak lama dilakukan oleh perusahaan asal Perancis bernama SGS.

Berita selengkapnya:  Rhenald Kasali: Pengusaha yang Senang Impor Sedang Celaka, Harus Cari Alternatif...

5. Menhub Serahkan Kasus Ledakan di Bandara Soetta ke Propam Polri

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyerahkan kasus ledakan yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, ke pihak kepolisian. Ledakan itu sendiri terjadi karena kelalaian anggota Polri saat proses pengosongan senjata api miliknya.

Saat proses pengosongan dilakukan, rupanya masih ada satu peluru yang tersisa di dalam senjata apinya.

"AP II sudah berkoordinasi, karena itu polisi maka kasus itu diserahkan kepada kapolres untuk dibawa pengamatan itu kepada propam polisi," ujar Budi di Jakarta, Minggu (22/7/2018).

Berita selengkapnya: Menhub Serahkan Kasus Ledakan di Bandara Soetta ke Propam Polri


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com