Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips agar Produk UMKM Bisa "Go International"

Kompas.com - 23/07/2018, 08:09 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Turut bersaing di pasar global menjadi impian sebagian besar pelaku usaha. Namun, masih sedikit produk usaha mikro kecil dan menengah yang bisa menembus pasar Internasional.

Kurator produk kreatif Baskoro Junianto membagi tips agar produk-produk UKM bisa menembus pasar global.

Dia mengatakan, hal utama yang harus diperhatikan adalah daya saing produk tersebut.

Saat ini, negara yang memproduksi kerajinan tangan lebih banyak ketimbang negara yang menerima produk tersebut. Pemasok utamanya berasal dari China, Vietnam, dan India. Sementara porsi Indonesia sangat sedikit, sekitar 3 persen.

Baca juga: Menteri BUMN Minta Rest Area Jalan Tol Bisa Dongkrak UMKM Setempat

Baskoro menyebut ada sejumlah permasalahan daya saing UMKM Indonesia. Pertama, soal kualitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahan, keahlian, finishing, konsistensi standar, dan kemasan. Kualitas produk Indonesia masih di bawah ketimbang China. Namun, kualitas produk Indonesia masih lebih bagus daripada China.

"Kualitas China mungkin kualitas biasa saja, tapi harga murah banget. Ini berkaitan dengan masalah kedua, soal harga," kata Baskoro.

Harga yang dikenakan tidak perlu murah, asalkan tepat ditawarkan ke pembeli.

Kemudian, soal kapasitas produksi UMKM di Indonesia yang masih rendah. Padahal, permintaan dari negara lain cukup besar. Di China, kata dia, beberapa industri kecil bersatu, membentuk korporasi, dan bisa melalukan ekspor.

"Harus punya strategi. Bisa kolaboratif antar UKM bentuk satu korporasi supaya lebih besar," kata Baskoro.

Berikut strategi agar UMKM Indonesia bisa bersaing di pasar global:

1. Tentukan pasar

Pelaku usaha harus mengenar karakteristik pasar yang menjadi sasaran ekspor. Produk-produk high end biasanya dikuasai barang dari Eropa dan umumnya bermerk. Sementara produk low end, Indonesia akan bersaing dengan China dan Vietnam. Indonesia cukup bermain di tengahnya. Kapasitas produksi tidak terlalu banyak, tapi bisa menaikkan nilai dari produk itu.

2. Sesuai tren global

Produk yang tengah digandrungi biasanya lebih menarik minat pembeli. Pelaku usaha harus memahami tren global saat ini apa yang sedang diminati.

3. Unik dan inovatif

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com