Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Plastik di Indonesia Jadi Perhatian Presiden Bank Dunia

Kompas.com - 26/07/2018, 13:56 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan sampah plastik masih menjadi momok bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahkan menyebutkan bahwa jumlah sampah plastik di Indonesia telah mencapai level mengkhawatirkan.

Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar menyatakan,  sampah plastik telah menjadi isu global sampai-sampai menjadi perhatian Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim kala berkunjung ke Bali awal Juli lalu.

"Presdien Bank Dunia datang ke Bali ketemu beberapa menteri dan aktivis belum lama ini. Cuma satu yang dibahasnya, yaitu masalah (sampah) plastik, itu kenapa? Karena sudah mengkhawatirkan," ucap Novrizal di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (26/7/2018).

Kekhawatiran itu muncul lantaran berdasarkan data KLHK, jumlah sampah plastik yang ada di Indonesia dalam kurun waktu satu dekade terakhir menunjukkan tren meningkat.

Baca juga: Bye Bye Plastic, Kisah 2 Gadis Muda Mewujudkan Bali Bebas Sampah Plastik

Sejak 2002 hingga 2016 terjadi peningkatan jumlah sampah plastik sebesar 5 persen.

"Peningkatan sampah plastik dari tadinya 11 persen menjadi 16 persen. Bahkan di beberapa kota komposisinya ada yang sudah mencapai 17 persen," imbuh Novrizal.

Ada beberapa faktor yang kemudian memunculkan adanya peningkatan jumlah sampah plastik tersebut. Faktor pertama adalah berkaitan dengan perubahan gaya hidup.

Novrizal menyampaikan, saat ini masyarakat ingin segala hal yang simpel dan tak ribet. Penggunaan segala jenis kemasan plastik pun mendukung hal tersebut.

Imbasnya, semakin banyak produk plastik yang dibuang oleh mereka dan berakhir di tempat pembuangan akhir.

Faktor lainnya adalah banyaknya produsen-produsen penghasil kemasan berbaham plastik yang masih belum sadar terhadap kerugian sampah plastik.

"Dengan kondisi business as usual sekarang mungkin 2030 komposisi plastik di atas 25 persen dan pada 2050 bisa 40 persen. Mungkin saja pada tahun itu sampah plastik lebih banyak dari ikan di laut," urai Novrizal.

Baca juga: Tahun 2020, Tak Ada Lagi Sedotan Plastik di Starbucks

Berkaca pada kondisi tersebut, pemerintah pun tidak tinggal diam. Novrizal menuturkan bahwa pemerintah telah menetapkan target baru dalam hal pengelolaan sampah plastik dengan pengurangan hingga 30 persen dan pengelolaan sebesar 70 persen pada 2025 mendatang.

Oleh karenanya Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres nomor 18 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.

Adapun angka 30 persen pengurangan sampah tersebut harus diperoleh dari keikutsertaan produsen dan publik.

"Kita harus mengubah perilaku, pembatasan sampah dilakukan, dan daur ulang ditumbuhkan. Untuk itu, hulu dan hilir punya tanggung jawab yang sama," ucap Novrizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com