Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Negara Ini Paling Terdampak Perang Dagang AS

Kompas.com - 20/08/2018, 08:38 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

3. Argentina

Negara ini memiliki tingkat kerentanan yang serupa dengan Turki dalam bentuk defisit kembar. Artinya, mereka tak hanya defisit neraca pembayaran dari segi pengeluaran publik saja, tetapi juga perlu mebayar kembali pinjaman mereka dari bank-bank AS.

Setelah sempat tenang dalam sebulan terakhir, kajatuhan lira Turki pun turut mendorong peso Argentina kembali anjlok. Hal ini memicu tanggapan cepat dari bank sentral mereka untuk meningkatkan suku bunga sebesar 5 persen menjadi 45 persen.

Argentina pun saat ini juga sedang dihadapkan pada skandal kasus korupsi besar.

Mereka juga telah meminta dana talangan kepada IMF.

4. Afrika Selatan

Afrika Selatan, Ukraina, Meksiko, Indonesia, dan Brasil, semuanya dihadapkan pada nilai tukar yang terus terdepresiasi akibat khawatir dengan stabilitas perdagangan global serta tarif dagang.

Selain lira Turki dan peso Argentina, nilai tukar yang terdepresiasi cukup parah adalah rand Afrika Selatan yang jatuh lebih dari 10 persen pada Senin (13/8/2018). Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa telah berjanji akan merevitalisasi ekonomi setempat, namun dihadapkan pada kondisi defisit neraca permbayaran sekaligus skandal korupsi.

Ramaphosa telah sukses memenangkan janji dari Arab Saudi dan China untuk berinvestasi dalam jumlah besar untuk infrastruktur sekaligus keuangan negara, namun nyatanya belum cukup untuk menenangkan keraguan investor.

5. China

Banyak analis meyakini, apa yang terjadi pada Turki setara jika dihadapkan dengan China. Sebab saat ini, China harus dihadapkan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan perang dagang dengan AS yang terjadi selama satu tahun berturut-turut.

Presiden China Xi Jinping pun nampaknya juga menanggapi langkah-langkah AS dengan hal-hal yang justru semakin menyulut emosi Trump.

Bank Sentral China terus-menerus mengalirkan dana untuk sistem keuangan mereka agar biaya kredit semakin murah, yang membuat nilai yuan semakin rendah dibandingkan dengan dollar AS.

Langkah ini berbanding terbalik dengan The Fed yang sedang mengurangi quantitative easing serta meningkatkan suku bunga untuk membuat pinjaman semakin mahal. Trump pun mengeluhkan menguatnya dollar AS melalui Twitternya, sekaligus resah dengan rendahnya nilai tukar yuan yang membuat impor China ke AS menjadi lebih murah.

Hal itu membuat kebijakan tarif yang dikenakan tidak sesuai dengan harapan Trump. para investor berkeyakinan, hal tersebut justru akan membuat Trump menggandakan tarif impor kepada China.

Sementara itu, beberapa perusahaan China pun dilaporkan telah mengalami penurunan profit pada beberapa minggu belakangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com