Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengelolaan Utang Indonesia Dinilai Sudah Baik, tetapi...

Kompas.com - 29/08/2018, 14:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelolaan utang oleh pemerintah selama ini dinilai sudah baik dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Namun, tetap ada risiko di masa mendatang yang dapat mengancam keberlangsungan kinerja perekonomian dalam negeri jika sejumlah indikator tidak dijaga dengan baik.

"Kalau punya utang kan berarti bicara kemampuan membayarnya. Ibarat di perusahaan, penghasilan negara itu dilihat dari PDB (Produk Domestik Bruto), dan PDB itu harus naik terus," kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ninasapti Triaswati saat ditemui Kompas.com dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Rabu (29/8/2018).

Nina menjelaskan, posisi utang pemerintah dari data terakhir (hingga akhir Juli 2018) yaitu sebesar Rp 4.253 triliun. Total utang pemerintah itu setara dengan 29,7 persen terhadap PDB. PDB periode tersebut diperkirakan mencapai Rp 14.302 triliun.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Keuangan Negara, batas utang terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen. Sehingga, posisi utang pemerintah sebesar 29,7 persen terhadap PDB masih jauh di bawah batas yang ditentukan dalam Undang-Undang.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui tentang Utang Negara

"Memang masih bagus, tapi hal yang mesti diwaspadai ke depan adalah mendorong apa yang disampaikan Pak Jokowi saat membaca Nota Keuangan di DPR kemarin, yaitu meningkatkan daya saing dengan mendorong ekspor dan investasi," tutur Nina.

Nina juga mengingatkan agar pemerintah selalu menjaga Indonesia terhindar dari kondisi krisis ekonomi. Cara menghindari krisis, kembali lagi, adalah dengan meningkatkan daya saing sekaligus menguatkan perekonomian dalam negeri di mana tantangan dalam waktu dekat adalah dinamika tahun politik serta ketidakpastian global yang masih berlangsung.

"Cara lihatnya gampang, bagaimana (pemerintah) memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya? Kebutuhan pokok saja kita masih bergantung dari luar atau impor, sementara (impor) itu harus dilakukan untuk menjaga inflasi," ujar Nina.

Untuk tahun ini, pemerintah menargetkan defisit APBN ada pada level 2,12 persen terhadap PDB. Dari data terakhir yang dipublis Kementerian Keuangan, defisit APBN pada semester I 2018 tercatat sebesar 0,75 persen terhadap PDB.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut defisit APBN semester I 2018 merupakan yang terkecil dalam 3 tahun terakhir. Defisit APBN adalah selisih antara anggaran belanja dan pendapatan yang diterima, di mana batas maksimalnya 3 persen terhadap PDB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Cara Cetak Rekening Koran BCA, BRI, BNI, dan Bank Mandiri via Online

Spend Smart
Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Daftar UMK Kota Surabaya 2024 dan 37 Daerah Lain di Jawa Timur

Whats New
Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Menhub Pastikan Bandara Juanda Surabaya Siap Layani Penerbangan Haji 2024

Whats New
Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com