Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Investasi, Indonesia Dianggap Kurang Nasionalis Ketimbang Jepang

Kompas.com - 01/09/2018, 14:30 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menganggap angka investor domestik saat ini masih rendah.

Sebagian besar pasar modal banyak dikendalikan oleh investor asing. Dalam hal investasi, kata Bambang, nasionalisme Indonesia ternyata masih rendah.

Bambang kemudian membandingkan dengan pasar modal di Jepang.

"Di Jepang, pemilikan surat berharga dalam yen, surat utang oleh asing hanya 9 persen," ujar Bambang, di Jakarta, Jumat (31/8/2018).

Padahal, rasio utang Jepang sekitar 200 persen terhadap GDP, jauh di atas Indonesia yang 30 persen terhadap GDP.

Dengan demikian, bisa jadi justifikasi bahwa Indonesia masih lebih aman.

Namun, di Indonesia, 40 persen surat berharga rupiah dimiliki oleh asing. Berbeda dengan Jepang yang meski besar jumlah surat utangnya, tetapi mereka menguasai sekitar 91 persennya.

"Jadi kalau ada gejolak di dunia, mereka tenang-tenang saja karena 91 persen dimiliki orang Jepang," kata Bambang.

"Mereka tak hanya nasionalis pada produk mereka sendiri, tapi juga nasionalis surat berharganya. Sangat care mengenai pembiayaan pemerintah," lanjut dia.

Penguasaan surat utang di Indonesia oleh asing, jika dilihat kembali, ada berbagai kepentingan oleh mereka.

Pertama, ada yang memang berniat berinvestasi jangka panjang. Namun, ada pula investor jangka pendek yang cuma mencari yield.

Dengan demikian, jika pasar bergejolak, maka akan berpengaruh pada pelemahan mata uang rupiah.

"Maka perbedaan utama jepang dan indonesia selain literasi investasi di Jepang yang luar biasa, tapi yang paling penting di atas literasinya adalah nasionalismennya," kata Bambang.

"Kalau punya nasionalisme investasi, maka stabilitas makro di pasar modal akan lebih terbantu," lanjut dia.

Bambang juga mendorong Otoritas Jasa Keuangan untuk menyentuh aspek nasionalisme dalam sosialisasi soal investasi.

Jika menggunakan pendekatan logika untuk berinvestasi sulit karena orang mencari yang paling aman untukmenyimpan uangnya, yakni dengan deposito.

"Kalau sedikit didorong nasionalisme investasi barangkali bisa jadi suatu gerakan nasional," kata Bambang.

Kompas TV Di hadapan siswa Taruna Nusantara, presiden mengingatkan agar mereka harus terus berusaha dan tidak bermalas-malasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com