Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wamenkeu: Pengelolaan Keuangan Negara Harus Gemi, Setiti, dan Ngati-Ati

Kompas.com - 04/09/2018, 14:40 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo menjelaskan, dalam mengelola dan mengatur keuangan negara, pejabat yang bersangkutan harus bisa mengatur pengelolaan dengan berkualitas. Pejabat tersebut menurutnya harus memegang prinsip value for money.

Hal tersebut disampaikan Mardiasmo dalam acara pembukaan Festival Literasi Perpustakaan Kementerian Keuangan Tahun 2018 di Gedung Kemenkeu, Selasa (4/9/2018).

Dia menjelaskan, untuk mengatur keuangan negara dirinya menggunakan prinsip gemi, setiti, ngati-ati yang merupakan filosofi Jawa. Hal tersebut dia terapkan sejak masih menjadi dosen.

"Hal itu saya terapkan sejak saya masih menjadi dosen yang gajinya cuma Rp 18.000. Istri saya mengelola uang dengan prinsip itu, dan buktinya saya masih bisa hidup sampai sekarang, anak saya juga bisa saya sekolahkan," ujar dia.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekspor Tekstil Bodong Rugikan Keuangan Negara

Gemi bermakna hemat. Makna ini juga tidak terlepas dari nastiti yang berarti cermat atau teliti, sedangkan ati-ati bermakna hati-hati.

Sehingga diharapkan jika menggunakan prinsip ini pengelolaan keuangan negara dapat berjalan secara efektif sekaligus mengutamakan kesejahteraan rakyat.

“Kalau menggunakan framework gemi nastiti ati-ati itu untuk mengelola keuangan rakyat, maka nilai Pancasila akan terwujud. Yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelasnya.

Prinsip Jawa tersebut kemudian dia terapkan dalam mengalokasikan anggaran yang ekonomis, efisien dan efektif. Tak hanya itu, equality dan equity menjadi faktor yang juga harus digunakan dalam mengatur anggaran.

Equal itu maksudnya jangan sampai ada kesenjangan,” ucapnya.

Di sisi lain, bukan hanya mengelola anggaran dengan baik, namun mengoptimalkan kualitas hidup masyarakat juga didorong dengan literasi. Pasalnya literasi mendorong masyarakat semakin luas memiliki pengetahuan yang menjadi bekal hidupnya.

"Literasi tidak hanya membaca tapi juga bagaimana bisa mengartikan dan mengoptimalkan dari hasil bacaan itu dalam bentuk suatu tindakan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com