Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Roller Coaster" Mata Uang Negara-negara Berkembang

Kompas.com - 05/09/2018, 06:07 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

"Nilai tukar mata uang negara-negara berkembang akan menderita meski hampir telah melakukan apa pun, masalahnya adalah seberapa besar (pelemahannya)," tutur Every, seperti dikutip dari Reuters.

Every menyebut, sepanjang bank sentral AS Federal Reserve terus menaikkan suku bunga, pajak korporasi pun relatif rendah, hingga ancaman perang dagang terus di depan mata, maka dollar AS akan terus menguat terhadap mata uang negara-negara berkembang.

 

"Nilai tukar mata uang negara-negara berkembang akan menderita meski hampir telah melakukan apapun, masalahnya adalah seberapa besar (pelemahannya)," kata Michael Every dari Rabobank. Every menyebut, sepanjang bank sentral AS Federal Reserve terus menaikkan suku bunga, pajak korporasi pun relatif rendah, hingga ancaman perang dagang terus di depan mata, maka dollar AS akan terus menguat terhadap mata uang negara-negara berkembang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mata Uang Negara-negara Berkembang Berguguran", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/04/155842826/mata-uang-negara-negara-berkembang-berguguran.

Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

salah satu pemicu pelemahan rupiah selain faktor eksternal adalah kurang optimalnya perdagangan di dalam negeri. Neraca perdagangan yang terus defisit turut berkontribusi terhadap transaksi berjalan yang menembus 3 persen pada kuartal II 2018. Menurutnya, dengan kondisi semacam ini mungkin saja rupiah bisa menembus batas psikologis Rp 15.000. "Dari dalam negeri , neraca perdagangan terus mengalami defisit. Ini berimbas juga pada defisit transaksi berjalan yang menembus 3 persen pada kuartal II 2018. Artinya pelemahan rupiah diproyeksi akan berlanjut hingga tahun depan dan menembus batas psikologis Rp 15.000," jelas dia ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (4/9/2018).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kinerja Perdagangan Kurang Optimal Sebabkan Rupiah Anjlok", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/04/121231026/kinerja-perdagangan-kurang-optimal-sebabkan-rupiah-anjlok.
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

 

perekonomian global yang masih penuh gejolak, sebagai akibat kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak ke seluruh dunia. Kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga oleh The Fed serta perang dagang dengan negara Tiongkok telah berimbas pada banyak negara, termasuk emerging countries. Bagi yang tadi menanyakan soal ini, faktanya memang begitu," kata Sri Mulyani di hadapan peserta rapat. Sri Mulyani menjelaskan, beberapa negara yang sudah terimbas kebijakan The Fed dan perang dagang di antaranya Venezuela, Argentina, serta Turki. Dampak terhadap negara-negara tersebut cukup signifikan, ditambah tidak adanya pondasi ekonomi yang kuat serta kebijakan ekonomi yang tidak sejalan dengan fundamentalnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diprotes Anggota DPR, Ini Tanggapan Sri Mulyani", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/04/133400326/diprotes-anggota-dpr-ini-tanggapan-sri-mulyani.
Penulis : Andri Donnal Putera
Editor : Erlangga Djumena

perekonomian global yang masih penuh gejolak, sebagai akibat kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak ke seluruh dunia. Kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga oleh The Fed serta perang dagang dengan negara Tiongkok telah berimbas pada banyak negara, termasuk emerging countries. Bagi yang tadi menanyakan soal ini, faktanya memang begitu," kata Sri Mulyani di hadapan peserta rapat. Sri Mulyani menjelaskan, beberapa negara yang sudah terimbas kebijakan The Fed dan perang dagang di antaranya Venezuela, Argentina, serta Turki. Dampak terhadap negara-negara tersebut cukup signifikan, ditambah tidak adanya pondasi ekonomi yang kuat serta kebijakan ekonomi yang tidak sejalan dengan fundamentalnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diprotes Anggota DPR, Ini Tanggapan Sri Mulyani", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/04/133400326/diprotes-anggota-dpr-ini-tanggapan-sri-mulyani.
Penulis : Andri Donnal Putera
Editor : Erlangga Djumena

Pada saat ini, kita dihadapkan pada kondisi perekonomian global yang masih penuh gejolak, sebagai akibat kebijakan ekonomi di Amerika Serikat yang menimbulkan dampak ke seluruh dunia. Kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga oleh The Fed serta perang dagang dengan negara Tiongkok telah berimbas pada banyak negara, termasuk emerging countries. Bagi yang tadi menanyakan soal ini, faktanya memang begitu," kata Sri Mulyani di hadapan peserta rapat. Sri Mulyani menjelaskan, beberapa negara yang sudah terimbas kebijakan The Fed dan perang dagang di antaranya Venezuela, Argentina, serta Turki. Dampak terhadap negara-negara tersebut cukup signifikan, ditambah tidak adanya pondasi ekonomi yang kuat serta kebijakan ekonomi yang tidak sejalan dengan fundamentalnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diprotes Anggota DPR, Ini Tanggapan Sri Mulyani", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/04/133400326/diprotes-anggota-dpr-ini-tanggapan-sri-mulyani.
Penulis : Andri Donnal Putera
Editor : Erlangga Djumena

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com