Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Neraca Perdagangan AS Capai Rekor Tertinggi 3 Tahun

Kompas.com - 06/09/2018, 07:29 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

WASHINGTON, KOMPAS.com - Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat terus meningkat selama 5 bulan belakangan ini lantaran ekspor kedelai dan pesawat sipil menurun. Sementara impor Paman Sam itu justu terus naik hingga mencetak rekor tertinggi.

Defisit tersebut merupakan yang terbesar sejak tahun 2015.

Departemen Perdagangan AS menyatakan, pada Rabu (5/9/2018), defisit perdagangan melonjak sebesar 9,5 persen menjadi 50,1 miliar dollar AS. Melebarnya defisit tersebut terjadi selama 2 bulan berturut-turut.

Sementara, data Juni 2018 direvisi untuk menunjukkan defisit perdagangan yang meningkat menjadi 45,7 miliar dollar AS dari yang sebelumnya dilaporkan sebesar 46,3 miliar dollar AS.

Baca juga: Menperin: AS Ancam Indonesia untuk Kurangi Defisit Perdagangan

Dikutip dari CNBC, defisit perdagangan barang, terutama barang-barang yang sensitif terhadap kondisi politik dengan China saat ini anjlok 10 persen menjadi 36,8 miliar dollar AS.

Ekonom pun telah memerkirakan defisit perdagangan secara keseluruhan telah membengkak menjadi 50,3 miliar dollar AS pada bulan Juli. Kesenjangan tersebut akan terus melebar meski pemerintah AS di bawah kepemimpinan Trump memiliki kebijakan "America First".

Melalui kebijakan ini, Amerika Serikat terlibat dalam tarif tunggal bea masuk dengan Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko, serta terjadinya eskalasi perang dagang dengan China.

Presiden Trump pun beralasan, berbagai kebijakan yang dia lakukan terhadap impor baja dan alumunium serta produk China lainnya diperlukan untuk melindungi industri-industri di AS dari apa yang dianggapnya sebagai persaingan yang tidak adil.

Ketika disesuaikan dengan inflasi, kesenjangan perdagangan meningkat menjadi 82,5 miliar dollar AS pada bulan Juli dari 79,3 miliar dollar AS di bulan Juni.

Defisit perdagangan riil Juli berada di atas rata-rata kuartal kedua sebesar 77,5 miliar dollar AS. Jika tren tersebut berlanjut hinga bulan Agustus dan September, kontribusi perdagangan terhadap PDB akan semakin berkurang.

Pada bulan Juli, ekspor barang dan jasa turun 1 persen menjadi 211,1 miliar dollar AS. Ekspor kedelai turun 0,7 miliar dollar AS dan pengiriman pesawat sipil juga turun 1,6 miliar dollar AS.

Impor barang dan jasa mengalami peningkatan sebesar 0,9 persen atau mencapai rekor tertinggi sebesar 261,2 miliar dollar AS pada bulan Juli. Pertumbuhan impor disebabkan impor komputer dan aksesoris komputer.

Selain itu juga disebabkan impor minyak yang mengalami jumlah tertinggi sejak 2014. Hal tersebut mencerminkan harga minyak yang lebih tinggi.  Harga minyak mentah impor rata-rata sebesar 64,63 dollar AS per barrel di bulan Juli, naik dari 62,42 dollar AS per barrel di Juni.

Ada pula peningkatan impor mobil dan suku cadang serta barang-barang lainnya, meski impor dari farmasi turun 1,3 miliar dollar AS.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Industri Asuransi dan Reasuransi Syariah Cetak Aset Rp 45,10 Triliun sampai Kuartal I-2024

Industri Asuransi dan Reasuransi Syariah Cetak Aset Rp 45,10 Triliun sampai Kuartal I-2024

Whats New
Di Hadapan Investor China, Kemenperin: Kami Berikan Kemudahan, Insentif Fiskal dan Non Fiskal

Di Hadapan Investor China, Kemenperin: Kami Berikan Kemudahan, Insentif Fiskal dan Non Fiskal

Whats New
Alfamart Bakal Bagi Dividen Rp 1,19 Triliun, Simak Jadwalnya

Alfamart Bakal Bagi Dividen Rp 1,19 Triliun, Simak Jadwalnya

Whats New
Saratoga Bakal Tebar Dividen Rp 298, 43 Miliar

Saratoga Bakal Tebar Dividen Rp 298, 43 Miliar

Whats New
KKP Akan Lepasliarkan 277.800 Ekor Benih Lobster di Perairan Lampung

KKP Akan Lepasliarkan 277.800 Ekor Benih Lobster di Perairan Lampung

Whats New
Grab Naikkan Target Laba 2024, Ini Sebabnya

Grab Naikkan Target Laba 2024, Ini Sebabnya

Whats New
Selamatkan Pemegang Polis, Jiwasraya Siapkan Strategi Jemput Bola

Selamatkan Pemegang Polis, Jiwasraya Siapkan Strategi Jemput Bola

Whats New
Tak Hanya Pendapatan Daerah, Smelter Nikel di Morowali Tumbuhkan Usaha Masyarakat Sekitar

Tak Hanya Pendapatan Daerah, Smelter Nikel di Morowali Tumbuhkan Usaha Masyarakat Sekitar

Whats New
IHSG Ditutup Naik Tembus Level 6.200, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.000

IHSG Ditutup Naik Tembus Level 6.200, Rupiah Menguat Jauhi Rp 16.000

Whats New
Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Trafik Pengiriman Lion Parcel Naik 40 Persen Selama Ramadhan 2024

Whats New
OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

OJK Sebut Investree Belum Capai Ketentuan Modal Minimum

Whats New
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Ini Respons Asosiasi

Whats New
Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Gelar Kuliah Umum, Politeknik Tridaya Virtu Morosi Soroti Peran Mahasiswa dalam Perkembangan Industri Hilirisasi

Whats New
Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Alfamidi Blak-blakan soal Penertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Whats New
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com