Meski begitu, ia pernah mendapat pengalaman tak mengenakkan. Pernah ia ditolak pelanggan karena tak bisa melihat.
Orang pun menyangsikan bagaimana Sumadi bisa menghampiri rumah pelanggan. Akhirnya, pesanan dibatalkan sepihak. Oleh karena itu, Sumadi selalu meyakinkan pelanggannya bahwa tunanetra hanya memiliki keterbatasan melihat, namun pelayanannya sama saja.
"Kalau pekerjaan massage memang dipelajari benar-benar. Kami jadi tukang pijat bukan otodidak, ada belajar. Ada sekolahnya dari Dinsos khusus tunanetra," kata Sumadi.
Sumadi meyakini, keterbatasan tak boleh membatasi keadaannya. Dengan kepercayaan dirinya itu, kini Sumadi mampu membeli rumah sebagai tempat tinggal keluarganya.
Kemandirian dalam ekonomi juga diperjuangkan Aidah (29) yang juga mitra Go-Massage. Menurut dia, hal yang positif akan selalu medatangkan semangat.
Bagi dia, disabilitas seharusnya memiliki kesempatan yang sama dengan manusia lainnya. Selain memijat, Aida juga punya keahlian membuat pempek, makanan asal kampung halamannya, Palembang.
"Disabilitas itu bukan untuk dikasihani, tapi untuk diberi kesempatan yang sama," kata Aidah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.