Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: BPK soal Infrastruktur Mangkrak hingga Pertumpahan Darah Industri Perbankan

Kompas.com - 23/10/2018, 05:07 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Kedua, keadilan ekonomi dan sosial. Ketiga, kemandirian ekonomi. Keempat, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Kelima, pengelola pembangunan, terutama dari sisi fiskalnya.

Baca selengkapnya: 4 Tahun Jokowi-JK: Era Baru Ekonomi Indonesia?

4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Redup di 2019, Ini Sebabnya

 Outlook pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2019 untuk pertama kalinya diprediksi meredup. Hal ini berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap sejumlah ekonom.

Dikutip pada Senin (22/10/2018), para ekonom memandang perang dagang antara AS dan China serta kondisi keuangan global yang mengetat menjadi penyebab utama proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2019 tidak cemerlang.

Pada awal tahun 2018, para responden jajak pendapat mengungkapkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi global yang cukup kuat. Namun, pada jajak pendapat yang dilakukan bulan ini terhadap lebih 500 orang ekonom menunjukkan adanya penurunan outlook pada 18 dari 44 negara yang dipoling.

Hanya 3 negara yang proyeksi pertumbuhan ekonominya dinaikkan. Adapun 23 negara lainnya tidak diubah.

Baca selengkapnya: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Redup di 2019, Ini Sebabnya

5. Pakar Manajemen: 2019 Jadi Tahun "Pertumpahan Darah" bagi Industri Perbankan

Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan, tahun 2019 akan menjadi pertumpahan darah bagi bank soal inovasi digital banking. Hal ini karena akan ada beberapa bank yang pertumbuhannya naik cukup signifikan. Di sisi lain ada bank-bank yang justru mengalami pelambatan.

“Untuk tahun depan itu akan menjadi 'pertumpahan darah' bagi bank, karena akan ada bank yang menjadi tumbuhnya sangat signifikan dan ada bank yg mengalami pelambatan, dan percaya omongan saya sebagian dari mereka akan menyalahkan (kondisi) ekonomi,” jelas Rhenald di Jakarta, Senin (22/10/2018).

Dia juga menyampaikan, digital banking ini bisa tricky. Rhenald menyampaikan kemungkinan sekitar 50 persen bank di Indonesia bisa bertahan karena melakukan revolusi layanannya.

“Ada bank konvensional di mana 50 persennya bisa berevolusi, dan 50 persennya akan mati. 50 persen yang berevolusi ini namanya tekfin,” ujar Rhenald.

Baca selengkapnya:  Pakar Manajemen: 2019 Jadi Tahun Pertumpahan Darah bagi Industri Perbankan


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com