JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean mengungkapkan, nilai fundamental rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tahun 2019 ada di kisaran Rp 14.200-Rp 14.800.
Perhitungan tersebut menurut Adrian, berdasarkan pada dua pendekatan yakni daya beli dan inflasi, serta lewat pendekatan perbedaan suku bunga.
“Nilai rupiah secara fundamental, pertama yakni berdasar purchasing power. Yakni dari daya beli yang bergantung dari inflasi Indonesia yang dibandingkan dengan AS. Kita lihat rerata inflasi jangka panjang selama 15 tahun terakhir," sebut dia di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Setelah menghitung dan diambil rata-ratanya, ditemukan angka perbedaan yakni 3-3,5 persen depresiasi rupiah terhadap dollar AS.
Baca juga: Faisal Basri: Rupiah Menguat Bukan karena Keringat Kita...
"Artinya tahun 2019, berdasar purchasing power Rp 14.200-Rp 14.300, around that level," tutur Andrian
Kemudian, metode kedua yakni dengan pendekatan perbedaan suku bunga antara Indonesia dan AS, dimana Adrian menyampaikan menggunakan nominal interest rate selama 5 tahun terakhir.
"Perbedaan nominal interest rate 6-7 persen, artinya selama 5 tahun terakhir depreciation rate rupiah terhadap dollar AS mungkin sekitar 6,5-7 persen," kata dia.
Berdasarkan metode ini, Adrian memproyeksi nilai fundamental rupiah tahun 2019 berada di kisaran Rp 14.800.
Namun realita di lapangan untuk nilai perdagangan rupiah biasanya diikut sertakan karena berbagai sentimen seperti keadaan global dan politik.
"Secara teknikal dengan memasukkan faktor sentimen dan faktor cross-currency movement, maka trading rate (rentang perdagangan) rupiah sekitar Rp 14.400-Rp 15.200 base on technical analysis rupiah di tahun 2019," ungkap Adrian.
Proyeksi rupiah ini juga berasal dari proyeksi rasio defisit neraca berjalan (current account deficit/ CAD) Indonesia pada 2019 sebesar 3 persen. Hal ini menurut Adrian, ada dua penyebab yaitu impor migas dan impor kebutuhan infrastruktur.
Selain itu, kenaikan bunga acuan BI 7-DRR rate juga turut andil karena proyeksi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) bisa sampai dua sampai tiga kali pada tahun depan. Dimana, Adrian memproyeksi kenaikan bunga acuan The Fed di semester I tahun 2019 akan terjadi dua kali dan semester II tahun 2019 sebanyak satu kali.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.