Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/12/2018, 12:24 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Head of Fixed Income Researh PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, pasar obligasi syariah atau sukuk di Indonesia masih didominasi oleh instrumen pemerintah.

Adapun total penerbitan sukuuk dibandingkat total penerbitan obligasi konvesnional sebesar 22-30 persen. Saat ini juga belum ada global bond sukuk untuk korporasi di Indonesia.

Handy mengakui sejumlah emiten masih menemui sejumlah kendala dalam menerbitkan sukuk. Salah satunya yakni kekhawatiran bahwa sukuk akan sepi peminat.

"Kekhawatiran emiten tidak dapat memenuhi persyaratan penerbitan sukuk dan khawatir tidak ada demand," ujar Handy di Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Baca juga: Meningkat, Kontribusi Sukuk Negara untuk Pembiayaan APBN

Untuk persoalan tersebut, Handy mengusulkan agar ada sosialisasi lebih luas mengenai skema akad ke emiten dan meningkatkan investor sukuk. Caranya bisa dengan memberi insentif pajak bagi investor. Selain itu, kendala yang juga dihadapi emiten adalah tidak memenuhi aspek komersial, misalnya batasan size issuances dan rating.

"Adanya underlying transaction mungkin bisa jadi pertimbangan untuk mendongkrak rating supaya penerbitan sukuk korporasi bisa lebih banyak lagi," kata Handy.

Selain itu, OJK dan pemerintah didorong dapat mengapresiasi sekuritas dengan pembobotan Penilaian yang berbeda pada saat penghitungan parameter perusahaan Sekuritas terbaik. Misalnya, OJK dapat memberikan bobot yang lebih besar bagi Perusahaan Sekuritas, jika membantu penerbitan sukuk dibanding yang hanya menerbitkan obligasi, memiliki program dan mengikutsertakan para karyawannya pada workshop atau pendidikan pasar modal syariah secara regular dan terencana, serta memiliki Ahli Syariah Pasar Modal.

Baca juga: Pembelian Sukuk Negara Kian Mudah


Sementara dari sisi investor, permasalahan yang ditemui adalah risiko likuiditas. Hal ini menjadi permasalahan yang menonjol bagi investor karena jika ingin menjual atau beli obligasi, harganya bisa jauh dari harga sewajarnya.

Oleh karena itu, menurut Handy, perlu dibuat seri sukuk yang tenornya berbeda dengan konvensional sehingga jadi tidak langsung head to head dengan obligasi konvensional.

"Jadi mungkin buat seri tertentu hanya dipunyai sukuk. Ini cara sukuk jadi lebih aktif di market," kata Handy.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Sebut IKN Tak Harus Andalkan Investor, Pengamat: Kalau Saling Menunggu, Ya Tidak Jadi Dibangun...

Ganjar Sebut IKN Tak Harus Andalkan Investor, Pengamat: Kalau Saling Menunggu, Ya Tidak Jadi Dibangun...

Whats New
Di Hadapan Pengusaha, Anies Baswedan: BUMN Tidak Boleh Mematikan Swasta...

Di Hadapan Pengusaha, Anies Baswedan: BUMN Tidak Boleh Mematikan Swasta...

Whats New
Dipicu Diskon, Penjualan Eceran Meningkat hingga November 2023

Dipicu Diskon, Penjualan Eceran Meningkat hingga November 2023

Whats New
TikTok Shop “Come Back”, Pelanggan Sudah Bisa Belanja 12.12

TikTok Shop “Come Back”, Pelanggan Sudah Bisa Belanja 12.12

Whats New
Saham GOTO Malah Anjlok Setelah TikTok Resmi Masuk Tokopedia, Ini Sebabnya Kata Analis

Saham GOTO Malah Anjlok Setelah TikTok Resmi Masuk Tokopedia, Ini Sebabnya Kata Analis

Whats New
Per November 2023, Pemerintah Kantongi Rp 16,24 Triliun dari Pajak Digital

Per November 2023, Pemerintah Kantongi Rp 16,24 Triliun dari Pajak Digital

Whats New
TikTok Shop Buka Lagi, Manajemen Surati Mantan 'Seller' untuk Kembali Berjualan

TikTok Shop Buka Lagi, Manajemen Surati Mantan "Seller" untuk Kembali Berjualan

Whats New
Wujudkan Indonesia Maju 2045, PT PII Dukung Pembangunan Infrastruktur Indonesia melalui Skema Creative Financing

Wujudkan Indonesia Maju 2045, PT PII Dukung Pembangunan Infrastruktur Indonesia melalui Skema Creative Financing

Whats New
TikTok-GoTo Resmi Berkongsi, Menkop: Jangan Jual Barang Impor Ilegal

TikTok-GoTo Resmi Berkongsi, Menkop: Jangan Jual Barang Impor Ilegal

Whats New
Cak Imin Kritik Kartu Prakerja, Manajemen: Kita Tidak Melatih Orang Menonton YouTube

Cak Imin Kritik Kartu Prakerja, Manajemen: Kita Tidak Melatih Orang Menonton YouTube

Whats New
Efisiensi Logistik lewat Teknologi Digital, Manfaat dan Tantangannya

Efisiensi Logistik lewat Teknologi Digital, Manfaat dan Tantangannya

Whats New
Budaya Kerja Positif Kunci Sukses Perusahaan

Budaya Kerja Positif Kunci Sukses Perusahaan

Whats New
Digitalisasi Berkembang Pesat, Ini Kiat untuk Menguatkan Keamanan Cloud

Digitalisasi Berkembang Pesat, Ini Kiat untuk Menguatkan Keamanan Cloud

Whats New
Tips Memilih Produk Asuransi dari OJK, Ini yang Harus Diperhatikan

Tips Memilih Produk Asuransi dari OJK, Ini yang Harus Diperhatikan

Earn Smart
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com