Zarry menjawab ada. Ia mengatakan, ada klien yang merasa caption-nya kurang romantis. Tentunya ia segera memperbaiki.
Meski begitu, aturan yang diberlakukan Zarry juga tegas: Ia hanya memberlakukan revisi maksimal satu kali dalam caption.
"Tapi biasanya setelah revisi kedua sudah oke," ujar Zarry.
Pengamat media sosial Nukman Luthfie menanggapi bisnis "caption pesanan" secara positif.
Menurut Nukman, kemunculan jasa ini didasarkan pada keinginan seseorang agar aktivitasnya di media sosial mendapat perhatian. Dalam hal ini, tentu saja perhatian itu adalah banyaknya likes dan komentar dalam setiap post.
Nukman juga menjelaskan bahwa munculnya jasa penulisan caption ini biasanya berawal saat post yang ditulis seseorang jarang mendapat respons.
"Dia pengin engagement (keterikatan atau interaksi dengan followers) yang tinggi, terus viral, kemudian ingin postingan-nya disebar ke mana-mana. Kan kalau dari tulisan profesional pasti bagus caption-nya," ujar Nukman.
Meski begitu, Nukman menyatakan bahwa tiap orang memiliki keunikan masing-masing, termasuk karakter dalam tulisan di media sosial.
Ia pun menyarankan agar para pemesan sebaiknya tidak terlalu sering menggunakan jasa penulisan caption, karena hal itu tidak membentuk karakter diri.
"Saya menyarankan saja, untuk setiap akun jika ingin membangun karakternya sendiri, bolehlah pakai jasa penulisan caption sekali-kali saja," ujar Nukman.
"Tapi mereka juga harus memiliki kemampuan untuk membuat caption-nya sendiri. Karena orang mau tulisan karakter dia, bukan caption yang ditulis orang lain. Sekali-kali tidak apa-apa buat belajar," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.