Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Investasi Reksa Dana di Tahun Politik

Kompas.com - 10/01/2019, 09:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Penyelenggaraan pesta demokrasi yaitu PEMILU dan Pilpres secara serentak tinggal menunggu hitungan bulan. Tensi politik juga terus meningkat seiiring dengan semakin banyak aktivitas kampanye menjelang pemilihan. Bagaimana dengan hasil investasi reksa dana di tahun politik?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pembahasan akan dilakukan dari 2 aspek yaitu referensi data historis kinerja reksa dana di tahun politik dan fundamental dari aset dasar reksa dana.

Referensi Kinerja Historis

Reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif pertama terbit dari tahun 1997 dan sudah berkembang hingga ribuan produk pada tahun 2019 ini.

Mengacu kepada sejarah Pemilu di Indonesia yang terselenggara setelah tahun 1997 adalah PEMILU 1999, PEMILU dan Pilpres di 2004, 2009, dan 2014. Selain PEMILU, sebenarnya juga terdapat ratusan penyelenggaraan Pilkada, namun karena skalanya masih bersifat lokal.

Dengan mempertimbangkan perhitungan rata-rata kinerja reksa dana yang dilakukan oleh lembaga riset Infovesta baru dilakukan mulai tahun 2000, maka evaluasi terhadap referensi kinerja historis reksa dana pada tahun politik disajikan pada tahun 2004, 2009, dan 2014.

Infovesta.com, diolah kinerja reksa dana

Mengacu pada data di atas, secara mengejutkan tahun PEMILU dan Pilpres yang penuh dengan tensi politik ternyata memiliki kinerja historis yang selalu positif pada semua jenis reksa dana. Baik saham dan obligasi yang menjadi aset dasar reksa dana mengalami pertumbuhan positif.

Tentu, statistic ini bisa saja kebetulan. Bisa kebetulan valuasi sudah rendah, bisa kebetulan ada kejadian pada tahun tersebut yang positif terhadap saham dan obligasi. Untuk itu, perlu diketahui gambaran atau outlook mengenai aset dasar reksa dana.

Outlook Aset Dasar

Untuk obligasi faktor yang perlu diperhatikan adalah inflasi, kurs dan nilai tukar, sementara bagi saham adalah pertumbuhan penjualan dan laba bersihnya.

Tingkat inflasi Indonesia secara umum sangat terkendali dalam beberapa tahun terakhir. Jika pada tahun 2018 dengan harga minyak yang sempat mencapai 80 USD per barrel saja inflasi masih di level sekitar 3 persen, maka dengan harga minyak di awal tahun yang di bawah 50 dollar AS, seharusnya target inflasi pemerintah 2019 di kisaran 2,5 – 4,5 persen masih bisa tercapai.

Dengan inflasi terkendali, maka keputusan untuk menahan, menaikkan atau menurukan BI Rate sangat tergantung pada kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Secara mengejutkan, nilai tukar sempat menyentuh level di bawah Rp 14.000 per dollar AS pada awal Januari tahun ini.

Dengan perkembangan data-data perekonomian AS yang semakin menunjukkan tanda-tanda akan terjadi resesi, kebijakan suku bunga the Fed juga akan semakin tidak agresif. Rencana 2 kali kenaikan pada tahun 2019, bisa berubah dari menjadi 1 kali atau bahkan tidak naik.

Inflasi terkendali, nilai tukar rupiah yang menguat dan potensi perubahan kebijakan suku bunga AS menimbulkan spekulasi bahwa BI Rate bukannya naik 1 kali pada tahun 2019, tapi mungkin bisa tetap atau bahkan bisa turun.

Secara teori, jika suku bunga naik maka harga akan turun dan sebaliknya jika suku bunga turun maka harga akan naik. BI Rate yang tetap atau turun akan berdampak positif terhadap harga obligasi.

Untuk saham, faktor fundamentalnya adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilan penjualan dan laba bersih. Secara teori, sepanjang perusahaan dapat membukukan kenaikan laba bersih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com