Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Fintech Menjaga Rasio Kredit Macet Tetap Rendah

Kompas.com - 23/01/2019, 15:07 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Fintech penyedia jasa pinjaman online atau fintech peer to peer lending (P2P lending) Modalku mencatatkan rasio kredit macet (non performing funding/NPF) sebesar 0,9 persen dari total pendanaan sebesar Rp 4 triliun yang disalurkan sepanjang 2018.

Sementara, untuk pendanaan di Indonesia sendiri, Modalku telah menyalurkan sebesar Rp 2,2 triliun dengan rasio NPF sebesar 0,7 persen.

COO sekaligus co-founder Modalku Iwan Kurniawan mengatakan rendahnya rasio kredit fintech P2P jika dibandingkan dengan rata-rata industri finteh yang sebesar 1,2 persen salah satunya didorong oleh tenor dari pendanaan yang cenderung pendek, yaitu mulai dari satu bulang hingga dua tahun cenderung jenis produk.

Selain itu, Iwan juga menjelaskan sebagian besar debitur dari Modalku menggunakan dananya untuk melangsungkan usaha perdagangan. Sehingga, aliran dana atau cash flow tercatat dengan jelas.

Baca juga: Satgas Waspada Investasi Imbau Kasus Fintech Ilegal Jadi Pelajaran

"Dari sisi struktur produk juga sangat jelas, uangnya ke mana dan yang bayar ke kita siapa, biasanya kan juga perdagangan, siklus bisnisnya juga sudah jelas data historisnya," ujar Iwan ketika memberikan penjelasan kepada awak media di Jakarta, Rabu (23/1/2019).

Dengan tenor yang lebih rendah, asumsinya peminjam dana juga memiliki risiko gagal bayar yang lebih rendah karena pemberian asessement kredit juga cukup ketat.

"Kebanyakan lender exposurenya kepada siklus ekonomi lebih rendah jadi (bisnisnya) lebih susah jatuh," ujar Iwan.

Iwan mengatakan, Modalku juga menggunakan teknologi untuk melakukan crosscheck data debitor dengan platform e-commerce atau sosial media yang digunakan.

Sebagian besar NPF dikontribusikan oleh debitu-debitur yang bisnis atau usahanya tidak sedang berjalan dengan baik. Biasanya, nasabah dengan kredit macet adalah mereka yang memiliki pinjaman dengan tenor jangka panjang.

"Biasanya kalau jangka panjang lebih ada kemungkinan (macet) lebing tinggi, exposure ke perubahan ekonomi lebih tinggi," jelas Iwan.

Iwan mengatakan, beberapa segmen yang menerima penyaluran pendanaan dari Modalku adalah dari segmen mikro, atau pengusaha individu dengan omzet Rp 1 juta hingga Rp 50 juta per bulan, kemudian segmen UKM dengan omset di atas Rp 100 juta.

"Umumnya besar di consumer goods, e-commerce tentunya," ujar Iwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com