Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik The Economist ke Pemerintah Jokowi, Suara Resah Ekonom

Kompas.com - 28/01/2019, 10:50 WIB
Yoga Sukmana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Majalah internasional The Economist mengkritik kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo di bidang ekonomi. Salah satunya terkait pertumbuhan ekonomi yang disebut tak sesuai janji kampanye Jokowi pada 2014 silam.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, kritik yang diberikan oleh The Economist tak berbeda jauh dari suara para ekonom.

"Kritik The Economist sama dengan yang disuarakan ekonom atas fenomena deindustrialisasi yang terus terjadi. Indonesia belum jadi negara sukses dibidang industri tapi langsung loncat ke jasa," ujarnya kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (28/1/2019).

Menurut Bhima, porsi industri manufaktur anjlok di bawah 20 persen terhadap PDB di kuartal III 2018. Hal ini dinilai perlu menjadi perhatian lebih pemerintah sebab akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Kinerja Ekonomi Indonesia Dikritik The Economist, Ini Komentar Istana

Dia mengatakan, Indonesia pernah alami deindustrialisasi yg masif ditahun 2001 yakni mencapai porsi 29 persen. Akibatnya kualitas pertumbuhan ekonomi jadi rendah.

"Harusnya Indonesia bisa tumbuh 5,5 persen per tahun tapi saat ini 5,1 persen saja sudah ngos-ngosan," kata dia.

Menurut dia, kritik The Economist harus dijadikan masukan penting bagi pemerintah agar bisa melakukan evaluasi di tahun terakhir pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

"Kritik The Economist sebaiknya jangan disangkal tapi dijadikan masukan bagi pemerintah untk memperbaiki kinerja ekonomi kedepannya," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com