Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ojek Online Jadi Penyokong Transportasi Publik di Tanah Air

Kompas.com - 11/02/2019, 18:53 WIB
Murti Ali Lingga,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Kehadiran ojek online (ojol) kini tak lagi hanya sebatas pilihan moda transportasi publik walau pemerintah belum menetapkannya sebagai angkutan transportasi.

Namun, ojol sudah menjadi penyokong atau penyangga fasilitas-fasilitas angkutan publik di Tanah Air.

Ketua Tim Peneliti Research Institute of Socio-economic Development (Rised) Rumayya Batubara mengatakan, ojol kini tidak hanya sebatas pilihan transportasi publik yang sudah ada sejauh ini. Manfaat dan keberadaan ojol sudah sangat dirasakan masyarakat luas.

"Jadi, ojol menjadi hub. Artinya, menjadi supporting system transportasi publik yang sudah ada, seperti KRL, Transjakarta," kata Rumayya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (11/2/2019).

Menurut Rumayya, hadirnya ojol menjadi solusi tersendiri bagi masyarakat ketika hendak pergi ke suatu tempat. Mereka tak lagi hanya bergantung pada bus penumpang atau bus angkutan kota.

Ojek sudah jadi alternatif baru di tengah-tengah masyarakat, khususnya bagi mereka yang memanfaatkan ojol dari rumah ke stasiun atau halte bus dan lainnya.

"Di Indonesia, kita lihat klaster-klaster perumahan itu jauh dari fasilitas transportasi publik. Jadi ojol menjadi hub," ungkapnya.

Dia berpendapat, mereka yang menggunakan transportasi publik seperti kereta api atau Transjakarta adalah orang-orang yang rumahnya tak jauh dari fasilitas tersebut. Namun, mereka yang jarak rumahnya jauh ke fasilitas itu akan sangat jarang menggunakannya.

Akan tetapi, kehadiran ojol telah mengubah hal itu dan sudah jadi penyokong fasilitas-fasilitas publik yang ada. Penggunaan fasilitas transportasi publik pun kian meningkat.

"Karena ada ojol, yang rumahnya agak jauh, tadinya malas (menggunakan transportasi publik) jadi mau menggunakan. Jadi suatu feeder ojol itu," katanya.

Dikatakannya, ojol selama ini juga telah berkontribusi mengurangi kemacetan lalu lintas. Sebab, publik banyak yang menggunakan jasa ini dibanding menggunakan kendaraan pribadi ehingga kendaraan di jalanan juga berkurang.

"Artinya penggunaan transportasi publik meningkat dengan adanya ojol. Ojol bisa sebagai penghubung ke (fasilitas) moda transpotasi publik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Bahan Pokok Hari Ini 30 April 2024: Harga Daging Ayam Naik, Cabai Merah Keriting Turun

Whats New
Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

Minta Omnibus Law Dicabut, KSPI Sebut 50.000 Buruh Akan Kepung Istana

Whats New
Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BSI Naik 17 Persen Jadi Rp 1,71 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

Pertumbuhan Upah Lambat, 29 Persen Pekerja AS Kesulitan Memenuhi Kebutuhan

Whats New
Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Strategi BNI di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com