Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Impact Investing", Menabung untuk Alam dan Sosial

Kompas.com - 14/02/2019, 10:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT BNP Paribas Investment Partner mengeluarkan produk reksa dana indeks SRI -Kehati dengan menggandeng Yayasan Kehati. Reksa dana tersebut menawarkan prinsip impact investing, sesuatu yang masih jarang di Indonesia.

Impact investing membicarakan dua sisi, yakni kinerja perusahaan dan dampak ke komunitas. Dengan impact investing, investasi yang dilakukan tak hanya mengejar imbal hasil, tapi juga menggunakan dana tersebut untuk kepentingan lingkungan dan sosial.

Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP) Vivian Secakusuma mengatakan, dalam mengembangkan bisnis, mereka fokus pada strategi dan produk yang berkelanjutan. Salah satunya dengan impact investing yang berada di bawah konsep Socially Responsible Investmen (SRI). SRI merupakan investasi yang mempertimbangkan imbal hasil sekaligus dampak sosial dari investasi tersebut.

"Yang sekarang kita bicarakan tidak sekadar return. Kita berusaha menggabungkan investasi dengan sesuatu yang berkontribusi positif terhadap lingkungan dan sosial," ujar Vivian di Jakarta, Rabu (13/2/2019).

Selain itu BNP Paribas juga mengacu pada prinsip Enviromental, Social, dan Governance (ESG), yakni valuasi dan kriteria yang dipakai untuk menilai kinerja suatu emiten. Sekaligus sebagai analis finansial untuk mengukur potensi risiko pada suatu emiten.

"Kalau bicara SRI investment, yang dimasukkan apakah dampaknya terhadap kondisi sosial, tata kelola perusahaan, dan dampaknya ke lingkungan hidup bagaimana, itu juga ikut dievaluasi," kata Vivian.

Dalam impact investing, yang dibahas lebih spesifik apakah suatu investasi berdampak positif terhadap aspek sosial atau tidak ada pengaruhnya. Misalnya, investasi yang menyasar pengadaan air bersih.

Di luar negeri, kata Vivian, ada reksa dana yang secara khusus menyasar isu air bersih. Investor juga lebih spesifik memberi pendanaan khusus ke perusahaan yang concern terhadap air bersih.

Hal ini yang dinamakan melakukan investasi dengan dampak terhadap lingkungan dan sosial.

Ada tiga hal yang menjadi concern investor terhadap lingkungan, yakni kesehatan, air bersih, dan edukasi. Sementara itu, tiga sektor yang punya potensi besar di Indonesia untuk melakukan investasi yang berdampak yaitu di bidang energi, pertanian, dan air.

Vivian mengatakan, investasi di reksa dana indeks SRI Kehati akan membantu Yayasan Kehati untuk mendorong program pangan lokal di Flores, Papua. Masyarakat Flores mengkonsumsi sorgum sebagai pengganti nasi untuk karbohidrat. Sebab, di sana tanaman padi sulit tumbuh karena lahannya kering dan gersang. Sorgum merupakan tanaman adaptif yang bisa tumbuh dengan baik bahkan di lahan yang kering.

"Jadi pendanaan yang masuk akan membantu pengembangan program ini. Tidak hanya lingkungan saja, tapi juga mencakup aspek sosial karena kehidupan petani di sana juga terbantu," kata Vivian.

Berdasarkan riset yang dilakukan Inggris pada tahun 2000, 2015, dan 2017, secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang tertarik pada impact investing berada di usia di bawah 30 tahun.

Menurut Vivian, anak muda lebih memahami masalah lingkungan dan sosial saat ini. Oleh karena itu, reksa dana indeks SRI-Kehati menyasar milenial di mana saat ini Indonesia akan mendapat bonus demografi dengan jumlah penduduk usia muda dan produktif melimpah. Milenial akan menjadi basis investor mereka.

"Saat saya masih muda, masih banyak air bersih, polusi dan sampah belum banyak. Tapi anak muda hidup dalam keaadaan sosial dan lingkungan yang sudah berbeda," kata Vivian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com