Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawab Sindiran Luhut soal Harga Pangan, Ini Penjelasan BPN Prabowo

Kompas.com - 23/02/2019, 15:53 WIB
Palupi Annisa Auliani,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

“Setelah ditambah biaya pengapalan, asuransi, gudang di Jakarta, dan biaya lainnya, total modal dan biaya sekitar Rp 6.000 per kilogram. Di pasar, harga jualnya bisa mendekati Rp 10.000 per kilogram, bahkan pernah Rp 11.000 per kilogram. Edan, kan, marginnya?” ungkap Dradjad.

Dalam kasus gula juga demikian, lanjut Dradjad, pun pada telur dan daging ayam. Dia mengutip sejumlah paparan yang sudah sering pula disampaikan oleh mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli dan ekonom Faisal Basri mengenai hal itu.

“Telur dan ayam, sama edannya. Ada mafia yang memainkan harga day-old chicken (DOC), pakan, telur, dan daging ayam,” sebut dia.

Baca juga: JEO-Hal-hal Krusial Terkait Debat Kedua Jokowi dan Prabowo

Mengutip Bloomberg edisi 12 Februari 2019, Dradjad menyebut bahwa pada rentang waktu Januari 2018-Januari 2019 saja harga DOC melonjak 40 persen lebih.

“Harga saham raksasa peternakan di Indonesia meroket 65-140 persen pada 2018. Raksasa ternak pesta keuntungan, peternak dan emak-emak kelabakan,” ujar dia.

Menurut Dradjad, margin-margin keuntungan itulah yang hendak dipangkas oleh Prabowo-Sandiaga dalam rencana penurunan harga pangan yang mereka janjikan dalam kampanye dan sejumlah pernyataan.

“Kenapa Presiden Jokowi tidak bisa (menurunkan harga pangan itu)? Ya silakan tanya Menteri Perdagangan dan menteri terkait. Silakan tanya pemerintah berpihak kepada siapa. Silakan cek siapa saja raja-raja impor dan mafia pangannya,” imbuh Dradjad.

Tentu saja, penurunan harga pangan juga butuh dukungan kebijakan lain. Misalnya, sebut Dradjad, penguatan pengelolaan stok pangan nasional. Bulog, kata dia, harus dibersihkan dari koruptor, sembari ditambah budget dan gudangnya.

“Selain itu, harus ada langkah peningkatan produksi yang masif. Keberpihakan kepada sektor pertanian harus kuat. Inovasi pertanian perlu diberi imbalan oleh negara,” sambung Dradjad.

Satu hal lagi disebutkan Dradjad adalah soal efek revolusi industri 4.0 bagi petani. Dia mengutip pernyataan Prabowo dalam debat kedua Pilpres 2019 bahwa efek revolusi tersebut diakui penting bagi petani.

“Namun, dinyatakan pula, lebih penting lagi memastikan harga yang layak bagi petani dan produsen, serta harga yang murah bagi rakyat konsumen,” kata Dradjad.

Dari situ, Dradjad menggarisbawahi keberpihakan Prabowo-Sandiaga dalam hal pangan adalah bukan kepada para raja impor apalagi mafia pangan yang terindikasi menghancurkan harga di produsen sekaligus meroketkan harga di konsumen. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com