Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli: Boro-Boro Kedaulatan Pangan, Impor Justru "Ugal-ugalan"

Kompas.com - 25/02/2019, 15:43 WIB
Murti Ali Lingga,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menginginkan terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia. Ini dilakukan lewat sejumlah program kerja yang telah dicanangkan.

Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan, cita-cita mewujudkan kedaulatan pangan sulit terwujud karena kebijakan yang ditempuh pemerintah adalah sering melakukan impor pangan.

"Boro-boro kedaulatan pangan tercapai, yang terjadi justru impor 'ugal-ugalan' yang sangat merugikan petiani," kata Rizal kepada awak media dalam jumpa persnya di Jakarta Selatan, Senin (25/2/2019).

Rizal menilai, di tengah rencana itu, pengurangan kemiskinan yang dilakukan Jokowi juga terbilang kecil yakni sekitar 450.000 orang per tahun. Jauh dari presiden-presiden sebelumnya.

Selain itu, risiko makro ekonomi Indonesia semakin meningkat dalam dua tahun terakhir. Ini menyusul angka utang negara yang makin besar.

"Boro-boro kedaulatan pangan, yang terjadi justru hutang yang semakin besar dengan gill atau imbal beli yang merupakan salah satu tertinggi di kawasan asia pasifik," sebutnya.

"Risiko makro ekonomi Indonesia meningkat dalam dua tahun terakhir dalam bentuk defisit transaksi perdagangan, -8,57 miliar dollar AS tahun 2018 dan defisit transaksi berjalan -9,1 miliar dollar AS, merupakan defisit neraca berjalan yang paling parah 4,5 tahun terakhir," tambah pria yang akrab disapa RR ini.

Dia menambahkan, selain impor yang merugikan para petani, penghapusan subsidi listrik 450 VA dan 900 VA oleh pemerintah juga berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.

"Itu sangat memukul daya beli golongan (masyarakat) menengah bawah," sebutnya.

Menurut dia, kegagalan mewujudkan kedaulatan pangan yang dicanangkan Jokowi-JK karena sejumlah faktor. Baik karena sikap pemimpin serta konsitensi dalam menjalankan program.

"Kegagalan Joko Widodo untuk mencapai kedaulatan pangan dan kedaulatan keuangan terjadi kerena tidak adanya konsistensi antara tujuan, strategi, kebijakan dan personalia. Tujuan untuk mencapai swasembada pangan dikhianati dengan kebijakan impor ugal-ugalan dan penunjukkan pejabat yang doyan rente (rent seekers)," tandasnya.

Sebagaimana diketahui, Presiden Jokowi mencantumkan kedaulatan pangan sebagai salah satu program prioritas dalam Nawacita.

Tahun 2014, saat baru menjabat sebagai presiden, Jokowi menargetkan swasembada sejumlah komoditas pangan strategis seperti padi, jagung, kedelai, dan gula bisa terlaksana dalam tiga tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com