Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Investasi tapi Masih Ragu dengan Kondisi Ekonomi? Coba Cermati Ini

Kompas.com - 19/03/2019, 13:32 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Di dua bulan pertama tahun 2019, pasar saham maupun pasar obligasi menguat. Kondisi ini mirip dengan yang terjadi di dua bulan pertama tahun lalu.

Tapi seperti diketahui, setelahnya market berfluktuasi dan sampai akhir tahun ditutup negatif. Sekarang ini banyak yang bertanya, apakah pola yang akan terjadi tahun ini akan sama seperti tahun lalu?

Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja mengatakan sejauh ini tidak ada yang bisa memastikan kondisi yang akan terjadi sepanjang tahun ini. 

"Tapi yang dapat kita telaah adalah indikator dan sentimen yang ada di dua bulan pertama tahun lalu, kita bandingkan dengan dua bulan pertama tahun ini. Apakah berbeda atau sama?" kata dia dalam keterangan resmi, Selasa (19/3/2019).

Lantas, apa indikator-indikator tersebut?

1. Ekspektasi pertumbuhan ekonomi

Pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan terus menguat. Apalagi ditopang adanya pemotongan pajak di Amerika Serikat. Karena ekspektasi yang sangat tinggi, jika ada sesuatu kekecewaan kecil saja, membuat pasar bergejolak.

Kebalikannya di tahun ini, ekspektasi pertumbuhan ekonomi rendahdan ekonomi global proyeksinya diturunkan hingga 2-3a kali. Jika sampai ada sedikit kejutan yang baik, hal ini bisa menopang pasar finansial. Itu perbedaannya. Ekspektasi tahun lalu cenderung ketinggian, sementara saat ini ekspektasi sudah berada di level yang sangat rendah.

2. Sentimen yang ada di pasar finansial

Bulan Maret tahun lalu, kita mulai mendengar berita-berita mengenai trade war atau konflik perdagangan antara AS dan China. Kebalikannya, di Maret ini kita malah mendengar negosiasi untuk mencari solusi, sudah semakin mengerucut.

Tahun lalu juga ada eskalasi saling berbalas pengenaan tarif, tidak ada yang mau mengalah. Sementara saat ini, kedua negara cenderung untuk mencari solusi. Jadi sangat berbeda.

3. Kebijakan moneter

Tahun lalu, The Fed sangat agresif. Suku bunga AS naik 4 kali. Ini membuat negara lain terpaksa menaikkan suku bunganya. Karena mata uangnya melemah, sementara tahun lalu dolar AS sangat menguat.

Kebalikannya, di tahun ini The Fed sudah tidak seagresif tahun lalu. Proyeksi kenaikan tahun ini hanya naik satu sampai dua kali saja. Pada negara-negara lain, termasuk Indonesia, tekanan untuk menaikkan suku bunga sudah jauh berkurang. Apalagi mata uang rupiah saat ini sudah semakin stabil, berbeda dengan tahun lalu.

4. Valuasi aset

Tahun lalu di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi global, valuasi pasar saham Asia dan Indonesia keduanya berada di level premium, yang cenderung lebih mahal di atas rata-rata lima tahun.

Saat ini, valuasi pasar saham Asia dan Indonesia keduanya berada di level yang lebih wajar, setelah sepanjang akhir tahun lalu juga mengalami penurunan.

5. Pergerakan arus dana investor asing.

Sedikit mundur, yang terjadi di tahun 2017, IHSG naik hampir 20 persen. Kondisi ini membuat, investor asing di awal 2018, dengan leluasa bisa keluar dari Indonesia, profit taking, ketika saat itu terjadi gonjang-ganjing trade war.

Sebaliknya saat ini, ada perbaikan arah negosiasi perdagangan AS dengan China. Kemudian kebijakan moneter yang tidak seketat tahun lalu, juga stabilitas nilai tukar di Asia dan Indonesia yang mulai terjadi, arahnya berbalik.

Tahun ini, trennya adalah investor asing masuk kembali ke emerging market, ke Asia, termasuk juga ke Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Spend Smart
Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com