SIMALUNGUN, KOMPAS.com – Potongan besar ikan nila tanpa tulang dibekukan, setelah itu dikemas dalam bungkusan bernuansa cokelat gradasi keemasan.
Di depan kemasan, ada gambar belahan ikan putih besar dalam piring. Kemasan dengan merk Toba Tilapia itu terkesan premium. pasar distribusinya pun bukan di Indonesia, melainkan mancanegara.
“Pasarnya memang untuk ekspor. Negara tujuan dengan permintaan terbanyak adalah Amerika Serikat, kemudian negara-negara Asia,” ujar Head of Unit Tilapia Processing Plant PT Suri Tani Pemuka (STP) Imam Santoso di Janggir Leto, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (17/1/2019).
“Ini dipakai untuk bahan baku fish n chips dan daging burger,” tambah Imam.
Daging nila merk Toba Tilapia sekilas tak berbeda dengan daging putih tanpa tulang lainnya. Namun, saat diolah, bisa jadi rasanya berbeda.
Kompas.com berkesempatan mencicipi saat mengunjungi pabrik processing STP, Kamis. Nila fillet di-steam tanpa bumbu lalu disajikan begitu saja.
Dagingnya lembut dan manis mirip ikan dori. Meskipun tanpa bumbu, nila tidak mengeluarkan bau amis.
“Nila kemasan ini memang segar,” kata Imam.
Biasanya, nila identik dengan daging yang sedikit bau tanah. Oleh karena itu, kebanyakan restoran menyajikan nila dengan bumbu rempah yang kuat agar bau tanahnya hilang.
Di situ kata Imam bedanya. Nila Toba Tilapia memang punya proses yang panjang sehingga kualitasnya terjaga.
Sebelum dipasarkan
Seperti namanya, Toba Tilapia adalah produk dari PT STP—salah satu anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk—yang basis operasionalnya berada di wilayah Danau Toba.
PT STP mempraktikkan budidaya perairan secara ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan menerapkan pola budidaya sustainable fisheries.
Kompas.com sempat mengikuti prosesnya mulai dari mengunjungi hatchery atau tempat penetasan, mitra petani tempat pembesaran bibit atau disebut contract farm, lokasi keramba jaring apung sebagai tempat perawatan nila, hingga pabrik processing.